'Business matching' virtual ini menjadi salah satu langkah yang tepat di tengah pembatasan pertemuan tatap muka
Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Vancouver menggelar temu bisnis atau penjajakan kesepakatan dagang (business matching) produk makanan dan minuman secara virtual.
"Kementerian Perdagangan akan terus menggencarkan strategi pengembangan ekspor di tengah pandemi COVID-19. Business matching virtual ini menjadi salah satu langkah yang tepat di tengah pembatasan pertemuan tatap muka," jelas Menteri Perdagangan Agus Suparmanto lewat keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Indonesia, Kanada dorong realisasi kesepakatan perdagangan bebas
Adapun produk makanan dan minuman (mamin) yang ditawarkan antara lain kopi, teh, minuman jahe, bumbu masak, berbagai saus siap pakai, rempah-rempah, makanan laut, keripik, mi instan, sarang burung walet, dan produk berbahan baku gula (confectionery products).
Sementara itu, dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan menyampaikan saat ini industri mamin olahan menghadapi tantangan ekspor yang cukup berat karena pandemi COVID-19 menyebabkan pembatasan sosial.
Ia menyebut kebijakan karantina yang diberlakukan banyak negara tujuan ekspor, termasuk negara-negara pemasok bahan baku di dunia, tidak menyurutkan semangat ekspor produk mamin olahan Indonesia.
"Kami yakin produk mamin olahan Indonesia tetap sangat dibutuhkan pasar dunia. Kemendag akan terus mendorong pengembangan ekspor mamin untuk mengawal kinerja ekspor khususnya di tengah pandemi COVID-19," tegasnya.
Untuk persiapan business matching ini, lanjut Kasan, Kemendag menyampaikan profil masing-masing pelaku usaha sehingga eksportir dan importir dapat menjalin komunikasi sejak awal sebelum hari pelaksanaan kegiatan.
"Persiapan satu langkah lebih awal ini diharapkan akan menghasilkan transaksi lebih besar," imbuhnya.
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kemendag Iriana Trimurty Ryacudu menjelaskan penyelenggaraan business matching dilaksanakan di beberapa lokasi berbeda yaitu di Kantor ITPC Vancouver Kanada sebagai tempat berkumpulnya para buyer dan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, serta di kantor eksportir masing-masing.
Tema business matching dipilih menyesuaikan dengan jenis produk yang berpeluang siap ekspor, baik berdasarkan permintaan Kanada maupun berdasarkan potensi suplai di dalam negeri.
Iriana juga menjelaskan rangkaian penyelenggaraan business matching virtual Indonesia-Kanada dijadwalkan dalam empat gelombang.
Pertama, pada Juli 2020 dengan fokus pada produk makanan dan minuman olahan. Kedua, pada September 2020 dengan fokus pada produk alas kaki, fesyen, serta tekstil dan produk tekstil.
Ketiga, pada Oktober 2020 untuk produk alat-alat kesehatan, obat-obatan termasuk herbal, serta produk kimia dan farmasi.
Keempat, pada November 2020 untuk produk mebel termasuk furnitur bongkar-pasang (knock-down furniture), dekorasi rumah, dan perabotan serta peralatan rumah tangga.
Indonesia menempati peringkat ke-31 sebagai negara asal impor Kanada. Total perdagangan kedua negara periode Januari-Mei 2020 mencapai 974,65 juta dolar AS.
Nilai ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 1,26 miliar dolar AS. Sedangkan total perdagangan pada 2019 sebesar 2,69 miliar dolar AS. Lima produk ekspor utama Indonesia ke Kanada yaitu produk karet, alas kaki olahraga, kakao, ban, dan kertas.
Baca juga: Diaspora Indonesia punya peluang ekspor makanan ke Kanada
Baca juga: Kanada optimis peluang FTA dengan ASEAN terus terbuka
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020