Asuransi itu, katanya, diharapkan dapat mendorong perguruan tinggi menjadi lembaga terdepan dalam melaksanakan riset dan pengembangan teknologi.
"Apa susahnya pemerintah menyiapkan anggaran untuk asuransi inovasi sehingga perguruan tinggi berani melakukan inovasi. Bila perlu perguruan tinggi menjadi inisiator Rancangan Undang-Undang tentang Inovasi,” ujar Jazilul dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Sebab, kata pria yang disapa Gus Jazil itu, Indonesia sesungguhnya membutuhkan inovasi dari perguruan tinggi, terutama inovasi teknologi.
“Seperti di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, kami mendukung inovasi teknologi dari IPB di bidang agromaritim. Kami mendorong perguruan tinggi untuk melakukan inovasi-inovasi teknologi,” ujarnya.
Gus Jazil juga menyoroti masalah birokrasi berbelit dalam pendanaan riset dan pengembangan perguruan tinggi.
Birokrasi itu, katanya, membuat pendanaan riset dan pengembangan perguruan tinggi menjadi panjang karena harus memenuhi banyak persyaratan.
"Seharusnya birokrasi dipermudah, mulai dari pajak, pelaporan, dan lainnya. Karena prioritas pemerintah saat ini adalah peningkatan sumber daya manusia,” katanya.
Menurut Gus Jazil, kekayaan sumber daya alam Indonesia bisa dimaksimalkan lewat pemanfaatan inovasi teknologi perguruan tinggi.
"Kekayaan sumber daya alam Indonesia bisa dimaksimalkan dengan inovasi teknologi. Ini harus menjadi landasan bagi pemerintah karena fokus pemerintah saat ini adalah pengembangan dan keunggulan sumber daya manusia,” kata Jazilul.
Dalam kunjungan kerja ke Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Jumat siang, Gus Jazil mengatakan dunia global menghadapi tantangan akibat pandemi COVID-19.
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan minus 6 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya bisa bertahan agar tidak turun menjadi minus 0,5 persen.
“Awalnya pandemi COVID-19 mengakibatkan krisis kesehatan, tetapi saya percaya ujungnya adalah krisis pangan,” katanya.
Karena itu, Gus Jazil mengapresiasi IPB yang telah melakukan inovasi teknologi agromaritim 4.0.
Ia optimistis Indonesia bisa mengejar bangsa lain, jika teknologi agromaritim yang menjadi tumpuan dapat digunakan dengan baik.
“Kita akan menghadapi krisis pangan. Dan, tumpuan Indonesia adalah pada agromaritim. Di era ini kita bisa mengejar bangsa lain dengan menggunakan teknologi dengan baik. Itu bisa tercapai jika perguruan tinggi melakukan riset dan pengembangan,” ujar Jazilul.
Ia memberi contoh inovasi teknologi di bidang perkebunan dari IPB, seperti penggunaan robot untuk panen sawit dengan mendeteksi buah sawit yang sudah matang.
Begitu pula inovasi teknologi di pertanian. Dengan inovasi teknologi, satu hektare lahan sawah bisa menghasilkan 11 ton padi.
“Ini luar biasa di tengah lahan sawah kita yang kurang. IPB sudah menemukan teknologinya,” kata Jazilul.
Gus Jazil menambahkan riset dan biaya riset di IPB dan perguruan tinggi lainnya perlu mendapat dukungan. Bila perlu dana riset di beberapa kementerian dan BUMN dapat berkolaborasi dengan perguruan tinggi itu.
"Bukan sekadar omong kosong atau nota kesepahaman saja. Kemitraan BUMN atau kementerian lainnya dengan perguruan tinggi harus ada wujud dan realisasinya,” kata dia.
Pada kunjungan ka IPB itu, Jazilul Fawaid didampingi Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan, anggota Komisi V DPR Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz S, dan anggota Komisi XI DPR Ela Siti Nuryamah.
Mereka diterima Rektor IPB Prof Dr Arif Satria, dan Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan Prof Dr Erica Budiarti Laconi, serta Direktur Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan Jaenal Effendi.
Dalam kunjungan kerja itu, Gus Jazil dan rombongan mendapat penjelasan dari Rektor IPB tentang inovasi teknologi agromaritim 4.0 serta menyaksikan secara langsung galeri inovasi teknologi IPB dan mengunjungi Agrobusiness and Technology Park IPB.
Di tempat itu, Gus Jazil juga berkesempatan memanen buah melon hasil dari inovasi teknologi IPB.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020