Belum banyaknya warga yang menikmati fasilitas itu, sebenarnya menjadi peluang sangat bagus pengusaha untuk menggaet pelanggan sebanyak mungkin. Namun, Grameenphone, provider seluler terbesar di Bangladesh, mengaku tidak mampu
menembus angka tambahan karena terbatas fasilitas teknologi.
Salah satunya, karena belum adanya modernisasi jaringan kabel seluler di negara tersebut. Padahal, saat ini Grameenphone sudah menjadi provider nomor satu di Bangladesh dengan memegang pangsa pasar hingga 44 persen lebih.
Karena kondisi yang terbatas itu, Ericcson berinisiatif melakukan peremajaan teknologi dengan cara memodernisasi jaringan inti milik Grameenphone. Dengan modernisasi, dipastikan pelayanan dan fasilitas yang akan dinikmati pelanggan akan jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Dengan modernisasi jaringan ini, biaya operasional akan bisa ditekan dan juga meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan.
CEO Grameenphone, Oddvar Hesjedal, dalam siaran persnya menerangkan bahwa kerja sama yang dijalin bersama Ericcson akan berlangsung hingga dua tahun ke depan.
Dengan 130 juta penduduk yang belum menikmati fasilitas ponsel dan jaringannya,
Oddvar sangat optimis itu akan memberi dampak yang positif untuk pertumbuhan bisnis provider yang dikelolanya.
Apalagi, dengan reputasi teknologi seluler yang dimiliki Ericcson, Oddvar yakin bahwa itu akan memperbaiki kualitas layanan kepada pelanggan.
Sementara itu dijelaskan Managing Director Ericcson Bangladesh, Hakan Rusch,
perjanjian kerja sama yang dibangun dengan Grameenphone merupakan bentuk komitmen bersama untuk memajukan dunia telekomunikasi di negara tersebut.
Apalagi, melihat perkembangan pesat pasar komunikasi bergerak disana yang terus meningkat, itu diyakini Ericcson sebagai sebuah gambaran kemajuan teknologi dan keberadaban masyarakatnya.
Dalam perjanjian itu, Ericcson akan meningkatkan daya kerja instalasi pada
packet-switched dan jaringan inti circuit-switched Grameenphone.(*)
Pewarta: handr
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009