"Bulan April, kami menemukan sekitar 18 juta malware, ada upaya terkait phishing, ada beberapa juta spam COVID-19 lainnya. Dari sini kami lihat butuh edukasi terkait tangkas berinternet untuk keluarga. Untuk membantu keluarga Indonesia mempraktekkan keamanan berinternet dan membangun kebiasaan berdigital yang baik," ujar Head of Public Affairs, Asia Tenggara, Google Asia Tenggara, Ryan Rahardjo dalam konferensi pers via daring, Selasa.
Selain sisi positif, internet juga bisa menempatkan orang-orang termasuk anak pada risiko buruk seperti phising dan di sinilah pentingnya edukasi agar bisa aman berinternet.
Baca juga: Peta jalan perlindungan anak di Internet diluncurkan
Dalam kesempatan itu, Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Nahar menyambut baik program dari Google ini dan berharap anak-anak bisa terlindungi baik itu tumbuh kembangnya, hak perlindungan ataupun hak partisipasinya.
"Kita ingin semua anak Indonesia tanpa terkecuali mendapatkan perhatian, perlindungan yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu di masa pandemi COVID-19 juga, kita tahu bahwa dampak yang ditimbulkan yang terhubung dengan anak, dan khususnya anak-anak yang berhadapan langsung dengan situasi COVID-19 bisa tetap kami lindungi dan tumbuh kembangnya, hak perlindungan dan partisipasinya bisa diperhatikan," kata dia.
Kemudian, lebih lanjut mengenai program yang bisa diakses melalui g.co/TangkasBerinternet ini, pihak Google menyediakan materi dalam format pdf, poster dan permainan berbasis web yakni Interland yang dapat membantu mengajarkan konsep literasi digital pada anak.
Secara umum, materi yang tersedia mencakup kiat-kiat menjadi pengguna internet yang positif, tangguh berinternet termasuk kiat membuat kata sandi yang kuat dan aman, cermat berinternet antara lain cara mencegah terkena tipuan scam, bijak berinternet dan berani berinternet.
Ryan mengatakan, nantinya, diharapkan melalui program ini terbangun kebiasaan digital yang baik di dalam keluarga sekaligus memberdayakan orang tua dan pengajar dengan menciptakan program yang membantu anak-anak membangun literasi digital.
"Kebiasaan digital yang baik agar dapat membantu mereka menjadi penjelajah dunia online maupun offline yang cerdas, cermat, tangguh bijak dan berani," kata dia.
Aplikasi untuk terapkan kebiasaan baik berdigital
Selain "Tangkas Berinternet", Google juga mengembangkan alat untuk membantu orang tua menetapkan kebiasaan digital yang baik sekaligus menyediakan sumber informasi untuk mengajari anak cara berinternet yang lebih aman, salah satunya melalui aplikasi Family Link.
Melalui aplikasi ini, orang tua bisa mengawasi anak saat menggunakan internet di sebagian besar perangkat Android atau Chromebook.
Orang tua juga bisa menggunakan Family Link untuk menetapkan aturan dasar digital untuk keluarga, misalnya memantau waktu pemakaian perangkat, mengatur waktu tidur, atau menetapkan batas penggunaan harian perangkat anak.
Family Link juga memungkinkan orang tua untuk mengelola aplikasi yang ada pada perangkat anak dengan memberikan batas waktu per-aplikasi, filter konten, hingga menyembunyikan aplikasi atau memblokir situs tertentu. Aplikasi ini juga bisa mengarahkan anak ke konten yang baik dengan laporan aplikasi reguler.
Selain itu, ada sejumlah fitur seperti SafeSearch di Google dan Mode Terbatas di YouTube untuk membantu menyaring konten tidak pantas dari hasil pencarian.
Orang tua dapat mengaktifkan fitur ini untuk akun anak yang diawasi melalui aplikasi Family Link untuk mengontrol konten yang dapat dilihat anak.
Founder Sejiwa Foundation, Diena Haryana mengingatkan pentingnya peran orang tua tidak hanya menjadi pendamping tetapi juga pelindung dan pendidik anak di ranah daring mengingat bahaya di dunia maya sama seperti di dunia nyata.
Baca juga: Pakai Google Classroom, begini langkah-langkah buat kelas daring
Baca juga: Google larang iklan teori konspirasi virus corona
Baca juga: Google akan rombak Gmail, pendukung WFH
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020