Usai dikomentari "terlalu rapuh untuk menjalankan negara" karena gender mereka, tiga perempuan Belarus menggalang kekuatan untuk menantang presiden petahana, Alexander Lukashenko, dalam pemilu presiden Agustus mendatang.(Rakyat Belarus) tidak mau lagi hidup dalam kesengsaraan, mereka ingin hidup di negara bebas di mana mereka tak akan ditangkap di jalan, dibawa dengan mobil polisi, dan dikirim ke penjara untuk alasan yang dibuat-buat
Svetlana Tikhanouskaya adalah perempuan yang memimpin gerakan perlawanan terhadap Lukashenko itu. Ia didukung oleh dua perempuan lain, yakni Maria Kolesnikova dan Veronika Tsepkalo, demikian menurut laporan Reuters pada Rabu.
Presiden Lukashenko menyebut dirinya menghormati perempuan, namun mengatakan "masyarakat belum cukup dewasa untuk memilih perempuan", serta beban kepresidenan akan membuat perempuan "ambruk, kasihan sekali."
Lukashenko (65) telah menjabat sebagai presiden Belarus selama lima periode, berturut-turut sejak tahun 1994. Dia disebut mengambil langkah keras untuk menghentikan protes yang ditujukan kepadanya, dengan memenjarakan rival politik dan menangkap para penentang.
Tikhanouskaya sendiri maju untuk melawan Lukashenko setelah suaminya, Syarhei, seorang bloger terkenal yang membuat kampanye untuk menentang Lukashenko, dipenjara secara soliter sejak Mei lalu.
Baca juga: Belarus minta Rusia kirim pesawat tempur
Polisi menyebut pihaknya menemukan uang sebesar 900.000 dolar AS (sekitar Rp13 miliar) tersembunyi di sofa, terkait dengan penangkapan Syarhei. Tikhanouskaya mengaku tidak tahu-menahu soal uang itu dan menyebut suaminya mendapat tuduhan palsu.
Dua rekan perempuan yang maju bersama Tikhanouskaya juga mengalami hal serupa.
Kolesnikova adalah anggota tim kampanye Viktor Babariko--kandidat laki-laki yang berencana maju dalam pemilu tahun ini namun ditangkap atas tuduhan kejahatan keuangan.
Sementara Tsepkalo adalah istri mantan duta besar untuk AS yang gagal menjadi kandidat presiden karena disebut kekurangan tanda tangan dukungan.
Pada kampanye besar yang digelar Minggu (19/7) lalu, Tikhanouskaya menyebut bahwa rakyat Belarus "tidak mau lagi hidup dalam kesengsaraan, mereka ingin hidup di negara bebas di mana mereka tak akan ditangkap di jalan, dibawa dengan mobil polisi, dan dikirim ke penjara untuk alasan yang dibuat-buat."
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia kirim jet tempur SU-27 ke Belarus
Baca juga: Presiden Belarus pecat perdana menteri
Pewarta: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020