"Jangan abaikan perasaanmu terutama jika kamu merasa tidak nyaman," kata dia melalui rekaman video yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan pandemi COVID-19 telah mempengaruhi masyarakat dalam banyak hal. Sebagai contoh, tidak bisa ke sekolah, harus tetap di rumah, jatuh sakit, bahkan melihat langsung orang tua yang diputus hubungan kerjanya (PHK).
Akibatnya, ujar dia, banyak masyarakat yang tidak berdaya dan menjadi khawatir, sedih, kecewa bahkan marah. Perasaan demikian cukup wajar karena efek pandemi yang belum juga berakhir.
Baca juga: KPPPA sebut perempuan-anak kelompok rentan terdampak COVID-19
Baca juga: Satu dari tiga perempuan alami kesepian saat "lockdown"
Sebagai duta Unicef, Nicholas mengajak semua orang terutama anak-anak Indonesia tetap melakukan kegiatan rutin di antaranya mengerjakan tugas sekolah, olahraga termasuk aktivitas yang disukai dan dikerjakan di rumah.
"Kita akan merasa lebih baik jika kita berkomunikasi dengan orang yang kita cintai," katanya.
Selain itu, membantu teman mengerjakan pekerjaan rumah secara daring juga dapat menjaga kesehatan mental termasuk pula membatu orang tua.
Apabila ada individu yang betul-betul merasa sedih, takut dan khawatir sehingga mengganggu aktivitas bahkan timbul keinginan menyakiti diri sendiri atau orang lain, maka sebaiknya minta pertolongan pada orang yang dipercayai.
Misalnya kepada kawan baik, saudara, orang tua atau tenaga kesehatan. Apabila butuh layanan konsultasi maka bisa menghubungi layanan sejiwa di nomor 119 ekstensi 8 atau hubungi pelayanan sosial anak di 1500771.*
Baca juga: Psikolog minta masyarakat kelola kesehatan mental saat pandemi
Baca juga: PBB peringatkan krisis kesehatan mental global karena pandemi COVID-19
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020