"Sebelas rumah warga tersebut, terpaksa dibongkar bersama warga setempat dan pemerintah desa, karena kondisinya hampir hanyut," ungkap Camat Kapoiala Muhammad Shobri Rustam, melalui WhatsApp yang diterima, Senin.
Menurut Rustam, pembongkaran paksa itu dilakukan agar bahan material bangunan yang masih layak digunakan dapat dimanfaatkan kembali oleh pemiliknya untuk membangun kembali rumah baru.
Baca juga: Pengungsi korban banjir di Konawe mulai terserang penyakit
Baca juga: Banjir di Konawe Sultra meluas ke 62 desa
"Warga yang rumahnya dibongkar paksa tersebut, sebagian mengungsi ke tenda darurat BPBD, di balai desa Muara Sampara dan rumah-rumah keluarga," ucap Rustam.
Sementara itu, Kepala Desa Muara Sampara Basrin mengatakan hampir setiap tahun, sejumlah rumah warga yang berada di bibir sungai desa muara Sampara, terdampak abrasi karena derasnya arus Sungai Konaweeha.
"Sejak tahun 2019 sampai 2020 ini, sebanyak 34 rumah warga, baik permanen maupun semi permanen harus di bongkar paksa karena dikuatirkan dapat hanyut terbawa arus sungai, dengan total kerugian ditaksir Rp1,9 miliar lebih," ujar Basrin.
Ia menambahkan pemerintah setempat juga pernah berupaya membuat tanggul menahan arus sungai, namun jebol akibat derasnya arus Sungai Konaweeha.*
Baca juga: BPBD sebut jumlah pengungsi banjir Konawe menjadi 4.422 jiwa
Baca juga: BPBD: Banjir Konawe meluas ke 50 desa, 3.114 jiwa mengungsi
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020