Bagian dari sebuah masjid di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel terbakar pada Senin, dan para pejabat Palestina menuduh pemukim Israel berada di balik serangan itu.Ini rasisme dan apartheid
Di dinding mesjid terdapat coretan dalam bahasa Ibrani yang berbunyi "Tanah Israel untuk Rakyat Israel" yang merujuk klaim Israel berdasarkan Injil, historis, dan politis atas wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat .
Kementerian Urusan Agama Palestina dan kepala negosiator Palestina Saeb Erekat menuduh pemukim Yahudi pemicu kebakaran itu.
"Ini rasisme dan apartheid," kata Erekat dalam sebuah pernyataan.
Slogan-slogan dalam bahasa Ibrani yang mirip dengan cat semprot berwarna hitam di luar masjid telah digunakan dalam beberapa serangan sebelumnya terhadap properti Palestina yang menurut dugaan polisi Israel dilakukan oleh para ultranasionalis Israel di Tepi Barat.
Menteri Kabinet Israel Amir Peretz mengutuk insiden itu di Twitter, dan menyerukan "para penjahat dan pengujar kebencian" yang bertanggung jawab atas kobaran api di kota Al-Bireh untuk dibawa ke pengadilan. Dia tidak secara eksplisit menyebut pemukim dalam cuitannya.
Seorang pejabat layanan darurat Palestina mengatakan area kamar mandi masjid Al-Bir dan Al-Thsan dibakar setelah cairan yang mudah terbakar dituangkan lewat jendela yang telah dipecahkan sebelum fajar.
Dia mengatakan warga yang tinggal di dekat masjid dan petugas pemadam kebakaran memadamkan api, dan tempat untuk salat di dalam masjid tidak rusak.
Israel merebut Tepi Barat dalam perang Timur Tengah 1967, dan lebih dari 400.000 pemukim ilegal Israel sekarang tinggal di sana di antara sekitar 3 juta warga Palestina.
Palestina, yang merencanakan negara masa depan di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur, mengatakan permukiman yang dianggap oleh sebagian besar negara sebagai ilegal, membuat perwujudan negara di masa depan menjadi semakin sulit.
Sumber: Reuters
Baca juga: Tantangan makin berat, Indonesia setia dukung Palestina
Baca juga: Dekolonialisasi dan masa depan konflik Israel-Palestina
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020