"SDM unggul tetapi tidak mempunyai karakter dan kepribadian keindonesiaan hanya akan melahirkan pencapaian yang rapuh dan semu, karena cenderung mengabaikan aspek nasionalisme," kata Bamsoet, di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut disampaikan Bamsoet dalam Munas XV Mahasiswa Pancasila (Mapancas) dan Seminar Kebangsaan "Membangun Pilar Kebangsaan Menuju Indonesia Emas 2045", secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta.
Baca juga: Bamsoet apresiasi KPK selamatkan uang negara Rp79 triliun
Menurut dia, Visi Indonesia Emas 2045 bukanlah sebatas angan-angan, melainkan arah dan tujuan yang ingin dicapai bangsa Indonesia saat memasuki usia 100 tahun kemerdekaan.
Ditargetkan, Indonesia menduduki peringkat lima Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar dunia dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7 persen, PDB per kapita mencapai USD 23.199, pertumbuhan peranan investasi 6,4 persen, pertumbuhan peranan industri 6,3 persen, dan pertumbuhan peranan pertanian 3,2 persen.
"Tantangan terbesar terletak pada besarnya jumlah penduduk yang diproyeksi mencapai 311-318 juta jiwa. Dengan komposisi penduduk usia 0-14 tahun mencapai 62-65 juta jiwa, usia 15-64 tahun mencapai 205-207 juta jiwa, dan usia 65 tahun ke atas mencapai 43-44 juta jiwa. Besarnya jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun tersebut harus dimaksimalkan menjadi kekuatan ekonomi dan sosial," ujarnya.
Mantan Ketua DPR RI itu menekankan pentingnya melahirkan SDM unggul yang berhati Indonesia dan berideologi Pancasila sebagai pondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Atas dasar itulah, kata dia, MPR RI gencar mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai kontribusi membangun karakter bangsa.
"Kita juga perlu mewaspadai derasnya arus globalisasi yang membawa beragam faham dan ideologi global, yang tidak selalu selaras dengan nilai-nilai Pancasila, bahkan cenderung menegasikan eksistensi Pancasila," tandas Bamsoet.
Baca juga: Bamsoet dukung pengembangan vaksin COVID-19 dalam negeri
Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu menjelaskan bahwa fenomena lunturnya nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda sudah mulai terasa, misalnya generasi muda kini asing dengan rumusan sila-sila Pancasila, namun mudah menghafal lirik lagu-lagu berbahasa asing, baris demi baris, bait demi bait secara sempurna.
"Survei yang dilakukan Komunitas Pancasila Muda pada akhir Mei 2020, dengan responden kaum muda usia 18 hingga 25 tahun dari 34 provinsi, mencatat hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju nilai-nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka. Ini mengisyaratkan ada urgensi menghadirkan Pancasila pada setiap ruang publik, dan menghidupkannya kembali pada memori kolektif setiap anak bangsa, khususnya generasi muda," jelas Bamsoet.
Setelah menguatkan pondasi SDM, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu menerangkan bahwa selanjutnya perlu ada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan sebagai "supporting system" menuju Indonesia Emas 2045.
Tak kalah penting, Indonesia juga perlu mewaspadai pergeseran kekuatan ekonomi politik dunia dari barat ke timur Asia.
"Megatren perdagangan internasional akan menjadikan kawasan Asia dan Pasifik sebagai poros perdagangan dan investasi dunia. Indonesia berpeluang menjadi pemain utama karena memiliki banyak keunggulan seperti SDM dan SDA yang melimpah. Jangan sampai berbagai peluang tersebut sia-sia," pungkas Bamsoet.
Turut hadir dalam Munas Mapancas, antara lain Habib Syarif Abdullah, Ketua Umum Mapancas 2017-2020 Medi Sumaedi, Sekjan Mapancas 2017-2020 Urik Yanto, dan Ketua Umum terpilih Mapancas 2020-2023 Pilar Saga Ichsan.
Baca juga: Bamsoet ingatkan urgensi kedaulatan nasional
Baca juga: Gandeng PARFI-56, Bamsoet gagas festival film pendek Empat Pilar MPR
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2020