Indonesia dan Selandia Baru tetap mengejar target nilai perdagangan hingga Rp40 triliun pada 2024, di tengah pandemi COVID-19 yang membuat situasi dunia menjadi lebih menantang.
“Saya tekankan bahwa tidak mudah di tengah situasi ini untuk mencapai target tersebut, kita harus bekerja ekstra keras. Kita juga ingin melihat perdagangan yang lebih seimbang,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai melakukan Joint Commission Meeting (JCM) secara virtual dengan Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters, Rabu.
Secara khusus, Indonesia mengharapkan agar Selandia Baru dapat menyederhanakan import health standard (IHS) sebagai prasyarat untuk mengekspor buah-buahan ke Negeri Kiwi itu.
Sepanjang 2019, kinerja ekspor Indonesia ke Selandia Baru meningkat menjadi 745,33 juta dolar AS atau naik 11 persen, sedangkan nilai impor turun menjadi 772,19 juta dolar AS.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia-Selandia Baru semakin mendekati titik keseimbangan atau trade balance dengan selisih 26,85 juta dolar AS.
KBRI Wellington mencatat kenaikan ekspor ke Selandia Baru disumbang dari lima komoditas ekspor unggulan yaitu minyak sawit, bahan-bahan kimia, lantai kayu, televisi, dan produk ban karet. Selain itu, kopi asal Indonesia juga digemari oleh warga Selandia Baru.
Sedangkan di bidang investasi, pemerintah Indonesia mencatat peningkatan yang cukup bagus dari Selandia Baru pada paruh pertama 2020 yang mencapai 9 juta dolar AS, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,25 juta dolar AS.
Selain perdagangan dan investasi, Menlu RI dan Selandia Baru juga membahas peningkatan kerja sama bidang UMKM serta energi terbarukan sebagai upaya mitigasi dampak perubahan iklim.
Kedua negara juga mendorong percepatan negosiasi untuk pengaturan mengenai pengakuan dari Selandia Baru untuk bachelor degreessementara dari Indonesia untuk gelar sarjana dan sarjana sains terapan.
Menlu Retno dan Menlu Peters juga sempat menyinggung isu regional seperti Laut China Selatan dan pengungsi Rohingya. Dalam hal ini, Selandia Baru mengapresiasi kesediaan Indonesia untuk secara temporer menerima pengungsi Rohingya yang terapung-apung di perairan Aceh beberapa waktu lalu, di tengah krisis bersama yaitu pandemi COVID-19.
“Inti dari pertemuan tadi adalah di tengah situasi dunia yang sangat cair dan diwarnai banyak ketidakpastian, Indonesia dan Selandia Baru terus meningkatkan kerja sama dan berkomitmen untuk meningkatkan perdamaian, stabilitas, dan kerja sama dunia,” kata Retno.
Baca juga: Menlu RI-Selandia Baru bahas kerja sama penanganan pandemi COVID-19
Baca juga: Kopi Indonesia akan dijual resmi di Selandia Baru
Baca juga: Gelar pameran, Tantowi Yahya harap perdagangan RI-Selandia Baru naik
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020