Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian bergerak cepat mengantisipasi wilayah yang terdampak banjir saat musim kemarau dengan memberikan bantuan demi mencegah penurunan produksi pada musim panen kedua tahun ini.Sesuai arahan Menteri Pertanian dalam menjaga dan meningkatkan produksi pangan, permasalahan di lapangan harus cepat diselesaikan
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, banjir bandang menerjang Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara. Saat ini, kerugian di sektor pertanian sedang didata dan dihitung oleh Dinas Pertanian Provinsi Sulut dan Dinas Pertanian Kabupaten Bolmong.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi di Jakarta, Sabtu, menginstruksikan kepada jajarannya untuk segera mendata dan memastikan angka pusonya, serta upaya-upaya penanganan yang dilakukan. Kementan berkomitmen penuh mengantisipasi dampak banjir di musim kemarau dengan memberikan berbagai bantuan.
"Hal ini harus cepat dilakukan guna membantu petani yang terdampak banjir tersebut. Sesuai arahan Menteri Pertanian dalam menjaga dan meningkatkan produksi pangan, permasalahan di lapangan harus cepat diselesaikan," kata Suwandi.
Sebelumnya BMKG telah mengingatkan potensi hujan tinggi di sejumlah wilayah. Indonesia bagian selatan mengalami kemarau, sedangkan wilayah ekuator masih berpotensi curah hujan tinggi.
Dinamika cuaca dan iklim di Indonesia tahun ini menjadikan terjadinya cuaca/iklim yang kontras, yaitu sejumlah wilayah mengalami kekeringan, sementara wilayah lain diguyur hujan ekstrem, seperti halnya yang terjadi di sebagian wilayah Sulawesi.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan Edy Purnawan mengatakan pihaknya berkoordinasi dengan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) untuk memastikan data puso dengan Dinas Pertanian Provinsi Sulut maupun Dinas Pertanian Kabupaten Bolmong. Koordinasi juga dilakukan agar bantuan benih segera diberikan akibat puso ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Petugas BPTPH selaku Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yohanes Wowor mencatat ada 5 kecamatan yang pertanamannya terdampak banjir.
"Pertanaman padi dan jagung yang terdampak banjir antara lain di Kecamatan Dumoga, Dumoga Timur, Dumoga Tengah, Dumoga Utara, dan Dumoga Barat," kata Yohanes.
Petugas BPTPH lain yang ditugaskan di wilayah Bolmong, I Made Wiratma, menyatakan bencana dipicu curah hujan tinggi dan terus menerus selama beberapa hari hingga menyebabkan meluapnya Sungai Ongkag Dumoga dan Bendung Toraut.
Setelah dilakukan pendataan, areal pertanaman (standing crop) yang terdampak seluas 103 ha pertanaman padi, dengan 1,8 ha di antaranya sudah dinyatakan puso, sedangkan areal pertanaman jagung yang terdampak seluas 25,5 ha dengan 3,5 ha di antaranya tercatat puso.
"Angka ini masih memungkinkan akan meningkat mengingat pendataan masih terus dilakukan dan banjir sudah surut," kata Made Wiratma.
Sebagaimana informasi yang dirilis, BMKG memprediksi musim kemarau secara umum akan berlangsung hingga bulan Oktober 2020, sedangkan potensi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi di wilayah yang tidak/belum mengalami kemarau akan terjadi hingga empat bulan ke depan.
Untuk itu, meskipun telah memasuki musim kemarau, kejadian curah hujan tinggi tetap harus diwaspadai, terutama di wilayah ekuator.
Baca juga: BPJN XV Manado alokasikan Rp2 miliar atasi bencana Bolmong-Bolsel
Baca juga: Pemprov Gorontalo bantu korban banjir di Bolmong Utara
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020