"Kita tahu bahwa setiap saat berhadapan dengan yang namananya demam berdarah, tetapi kok korban mati terus, bahkan bertambah," katanya, di Kupang, Senin (3/8) petang.
Ia mengatakan, pada 2020 ini sudah ada 54 orang korban yang meninggal dunia akibat DBD sehingga pada 2021 harus nol kasus kematian.
Baca juga: Doni Monardo ingatkan NTT waspadai DBD
Karena itu, lanjut dia, perlu berbagai upaya berupa kerja yang besar, gerakan di lapangan, serta kampanye-kampanye yang hebat untuk melatih masyarakat agar terhindar dari serangan DBD.
"Masyarakat harus dilatih untuk hidup bersih, dilatih untuk tidak ada jentik-jentik nyamuk sampai pada tingkat RT. Dan itu kerjanya bagaimana? yah kerja capek yang luar biasa. Design pekerjaan juga harus sangat luar biasa, kalau tidak warga kita mati lagi," katanya.
Baca juga: Demam berdarah di Indonesia pada 2020 lebih lama dibandingkan 2019
Ia mengatakan, masalah yang dihadapi setiap tahun seharusnya bisa diatasi secara baik secara cepat dengan perubahan cara berpikir dan bekerja di jajaran birokrasi.
Ia mencontohkan persoalan lain, di antaranya benih dan pupuk serta kasus kematian ibu dan anak yang terjadi setiap tahun yang tidak boleh terjadi lagi.
Ia menegaskan dalam pemerintahannya cara kerja lama dalam birokrasi harus diubah karena cara yang salah maka hasilnya juga akan salah. "Harus ada langkah-langkah luar biasa, percepatan-percepatan, semangat ini yang harus kita bangun kembali dengan tim kerja yang solid," kata Laiskodat.
Baca juga: Menkes sebut kasus demam berdarah di NTT capai 2.116
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020