Usai rapat dengan BWS, Gubernur meninjau langsung kondisi tanggul yang jebol saat banjir bandang beberapa kali di wilayah tersebut, Senin.
Perbaikan tanggul dengan karung pasir yang dibungkus geotekstil, diharapkan dapat melindungi warga dari luapan air sungai juga serta menjaga tidak terjadi erosi.
“Saya minta warga sini untuk rela dan ikhlas daerah bantaran ini diperbaiki. Seperti ini, dapurnya sudah di bibir sungai. Jangan sampai ada yang tidak setuju dan sebagainya,” katanya.
Baca juga: Total 8.233 warga jadi korban banjir dan longsor di Bone Bolango
Baca juga: Basarnas evakuasi korban banjir Bone Bolango
Untuk penanganan darurat ini, BWS bersama Pemprov dan Pemkot akan berkolaborasi.
Warga setempat juga akan diberdayakan, untuk pengisian dan pengangkutan karung pasir ke lokasi tanggul.
“Hari Jumat nanti kami akan paparkan di Bappenas. Kami akan bawa usulan dan foto-foto untuk penanggulangan jangka pendek dan menengahnya,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala BWS Sulawesi II Naswardi menjelaskan curah hujan di Kota Gorontalo beberapa hari terakhir mencapai 158 mm/hari.
Curah hujan yang tinggi menyebabkan morfologi sungai berubah, yang diperparah dengan dataran sungai yang telah menjadi pemukiman.
“Curah hujan 158 mm/hari itu sangat tinggi sekali, sangat lebat sehingga tidak boleh hanya kita antisipasi dengan lebar sungai seperti sekarang ini. Sementara dataran sungai sudah menjadi pemukiman,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan Waduk Bone Ulu mendesak untuk direncanakan ulang, mengingat riwayat banjir di Kota Gorontalo dan sekitarnya.
Waduk itu diklaim mampu mereduksi potensi banjir hingga 70 persen apabila Sungai Sungai Bone meluap.
Banjir di Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango terjadi sekitar delapan kali dalam dua bulan terakhir.*
Baca juga: Wamen PUPR tinjau jembatan Molintogupo Bone Bolango yang disapu banjir
Baca juga: Bupati: Banjir Bone Bolango berdampak pada 12 ribu warga
Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020