"Jadi itu yang menarik di Bengkulu, dari background masing-masing bakal calon ada yang gubernur, wakil gubernur, anggota DPRD, bupati dan wali kota yang menarik ini Pak Agusrin, di mana dia mantan napi tapi elektabilitasnya paling tinggi," kata dia di Bengkulu, Senin.
Anas menyebut, dukungan masyarakat kepada bakal calon dalam kontestasi politik terkadang tidak terpengaruh dengan latar belakang bakal calon itu sendiri, meskipun bakal calon tersebut dulunya pernah tersandung permasalahan hukum.
Dalam konteks Agusrin, kata dia, masyarakat lebih melihat kinerja Agusrin ketika menjabat sebagai Gubernur Bengkulu dari tahun 2005 hingga 2012 ketimbang melihat Agusrin sebagai mantan narapidana kasus korupsi.
Menurut Anas, kinerja Agusrin yang sering turun ke masyarakat serta membuat kebijakan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat ketika ia menjabat sebagai gubernur itulah yang membuat banyak masyarakat menginginkannya kembali memimpin Provinsi Bengkulu.
"Sehingga masyarakat membandingkan bagaimana kondisi masyarakat di saat Pak Agusrin menjadi gubernur dan di saat misalnya Pak Rohidin yang menjadi gubernur," paparnya.
Anas menjelaskan, dalam survei yang dilakukan pihaknya pada 9-16 Juli lalu yang melibatkan 640 responden, Agusrin unggul dalam seluruh simulasi dengan elektabilitas atau tingkat keterpilihan mencapai 21,1 persen.
Sedangkan elektabilitas bakal calon lainnya seperti petahana yaitu Rohidin Mersyah sebesar 17,3 persen dan elektabilitas Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan sebesar 16,7 persen.
"Agusrin unggul di seluruh simulasi yang kami lakukan, baik itu pertanyaan tertutup maupun terbuka, baik itu simulasi lima calon, empat calon tiga calon maupun dua calon," kata Anas.
Pewarta: Carminanda
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020