"Sampai saat ini yang sudah saya catat, hampir 60 orang yang positif tenaga medis perawat maupun dokter. Jumlah itu akan terus bertambah jika pemerintah tidak memperketat sistem penapisan di setiap fasilitas kesehatan. ," kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman di Banda Aceh, Selasa.
Dia menyebutkan, selama ini layanan di fasilitas kesehatan terkait COVID-19 dan perlindungan terhadap tenaga medis masih terkesan lemah, sehingga para tenaga medis yang terpapar dan konfirmasi positif makin hari terus bertambah.
Baca juga: 1.150 karyawan BUMD dan BUMN di Padang ikuti tes usap
Menurut dia, upaya penapisan atau skrining awal di setiap fasilitas kesehatan harus diperketat. Ketika ada pasien masuk maka terdapat prosedur yang jelas dan sejumlah pertanyaan yang disodorkan ke pasien guna melihat seorang pasien itu mengarah ke COVID-19 atau tidak.
"Kalau memang pasien ini mengarah ke COVID-19 maka langsung dipindahkan ke tempat perawatan COVID-19, kalau yang tidak baru boleh masuk ke fasilitas biasa," ujarnya.
Apabila penapisan tidak ketat, kata Safrizal, maka pasien COVID-19 bisa saja diarahkan ke ruang biasa. Sedangkan di fasilitas biasa petugas akan merawat seperti umumnya, sehingga kalau akhirnya ternyata COVID-19 maka para perawat tersebut juga sangat rawan tertular.
Baca juga: Kapolres Lhokseumawe positif COVID-19, jalani karantina mandiri
"Dan itu terjadi beberapa sekali dan sering sekali bahkan, lolos pasien masuk ke ruang biasa, ternyata belakangan diketahui COVID-19, sehingga siapa saja berkontak dekat dengan pasien ini harus diperiksa semuanya," katanya.
Lanjut dia, dari 60 tenaga medis tersebut sekitar 25 orang merupakan dokter, termasuk di dalamnya peserta program dokter spesialis (PPDS), dan selebihnya perawat. Umumnya mereka yang terinfeksi itu tanpa bergejala, cuma membutuhkan isolasi mandiri yang diawasi ketat agar tidak menularkan ke orang lain.
"Angka ini fluktuatif ya, akan terus meningkat, karena memang pemeriksaan kita kadang-kadang butuh waktu sedikit lama, mereka diperiksa dan mereka harus diisolasi sementara menunggu hasil swab. Karena kalau mereka bekerja takutnya hasil positif, maka sudah banyak lagi yang harus ditracing," katanya.
Ada beberapa orang (bergejala) dan satu orang dokter sekarang di respiratory intensive care unit (RICU) harus diberikan alat bantu nafas, sangat memprihatinkan, tapi sebagian besar tanpa gejala, katanya, menambahkan.
Baca juga: Dinkes Kota Bogor temukan lagi delapan kasus positif COVID-19
Baca juga: Mandikan jenazah positif COVID-19, 20 warga Nagan Raya reaktif corona
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020