Terutama dalam beberapa bulan terakhir. Krisis virus corona telah mengingatkan kita betapa terhubungnya kita satu sama lain di dunia ini,
Menteri Ilmu Pengetahuan, Riset, dan Inovasi Inggris Raya, Amanda Solloway, berharap agar kerja sama ilmiah Indonesia dan Inggris dapat menghasilkan lebih banyak lagi riset kolaborasi, usai kemitraan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) tersebut diperpanjang hingga 2025.
“Saya yakin dengan berlanjutnya kerja sama antara kedua negara kita akan lebih banyak lagi riset kolaborasi dan saya tahu betapa berartinya kolaborasi itu bagi peneliti di Inggris,” kata Amanda dalam sambutan yang disampaikan melalui pesan video dalam acara penandatanganan perjanjian kerja sama ilmiah kedua negara yang digelar secara virtual dari Jakarta, Rabu.
Pemerintah Indonesia dan Inggris baru saja memperbaharui kerja sama bidang Iptek dengan penandatanganan nota kesepahaman terkait perpanjangan kemitraan tersebut oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia Bambang PS Brodjonegoro dan Menristek Inggris Amanda Solloway.
Baca juga: Lima riset kolaborasi Inggris-Indonesia siap rebutan Newton Prize 2019
Baca juga: Riset kolaborasi Inggris-Indonesia masuk daftar Newton Prize 2019
Amanda pun menyebut bahwa kemitraan Inggris dengan Indonesia merupakan hubungan yang istimewa, baik dalam menghadapi bencana alam, membantu para penderita demensia untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, dan juga upaya pencegahan penyakit menular yang begitu penting di masa pandemi seperti sekarang ini.
“Terutama dalam beberapa bulan terakhir. Krisis virus corona telah mengingatkan kita betapa terhubungnya kita satu sama lain di dunia ini,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia menyampaikan kesetujuannya atas apa yang sempat disampaikan oleh Menristek RI Bambang Brodjonegoro terkait pentingnya kerja sama global dalam menghadapi tantangan-tantangan yang berdampak pada komunitas dunia.
“Namun, tentunya tantangan global yang kita semua hadapi tidak hanya terkait virus corona saja, walau upaya penanggulangan terhadap virus tersebut sangatlah penting,” tambahnya.
Dia pun mendorong berjalannya kerja sama Iptek di bidang lain, dan menyebut kerja sama peneliti Universitas Huddersfiled dan Institut Teknologi Bandung sebagai contoh.
Hasil riset para peneliti tersebut membantu meningkatkan kapasitas Indonesia dalam upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir, seperti banjir dan tsunami, dengan meningkatkan kualitas komunikasi melalui sistem peringatan dini.
Riset tersebut pun keluar sebagai pemenang dalam acara penghargaan Newton Prize pada awal tahun ini.
“Hal ini sangat penting karena yang paling merasakan dampak bencana adalah masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang rendah. Wilayah pesisir di Inggris juga rentan terhadap kenaikan permukaan laut sehingga hasil riset kolaborasi ini sangat relevan untuk kita semua,” ujarnya.
Selain kerja sama riset yang menguntungkan bagi masyarakat kedua negara, dia juga berharap agar kerja sama penelitian dan ilmu pengetahuan dapat bermanfaat bagi kemitraan internasional, terutama dengan pertukaran ilmu pengetahuan, pengalaman, dan akses terhadap fasilitas Iptek, untuk membantu tercapainya tujuan global.
Adapun Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan perpanjangan kemitraan dalam ilmu pengetahuan dan inovasi dalam jangka panjang akan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan dan dapat bersaing di pasar global.
Nota kesepahaman kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Inggris itu pun akan menjadi payung bagi pelaksanaan kerja sama riset dan inovasi antar instansi riset maupun perguruan tinggi.
“Kami berharap kesempatan ini kita jadikan momentum untuk lebih produktif lagi dalam berkarya dan memberikan solusi bagi permasalahan global,” kata Bambang.
Baca juga: Indonesia-Inggris perpanjang kemitraan di bidang iptek hingga 2025
Baca juga: Peneliti Indonesia raih Newton Prize 2019 untuk riset perubahan iklim
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020