Dolar melambung, ditopang data pekerjaan di AS

8 Agustus 2020 07:57 WIB
Dolar melambung, ditopang data pekerjaan di AS
Ilustrasi: Dolar dan mata uang lainnya (ANTARA FOTO)

Survei satu bulan tidak akan cukup untuk menahan penurunan dolar secara berarti

Dolar AS melambung pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah peningkatan pekerjaan AS untuk Juli membantu meredakan beberapa kekhawatiran investor di pasar tenaga kerja AS, tetapi mata uang tersebut mencatat penurunan tujuh minggu berturut-turut.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan payrolls atau data penggajian meningkat 1,76 juta pada Juli, lebih baik dari perkiraan 1,6 juta para ekonom yang disurvei oleh Reuters, namun masih jauh lebih rendah dari rekor 4,8 juta pada Juni.

“Laporan ketenagakerjaan meredakan ketakutan sisi negatif pasar pekerjaan, memungkinkan dolar untuk reli secara luas melalui sesi New York,” kata Direktur Penelitian Mata Uang Action Economics, Ron Simpson, di Tampa, Florida, dalam catatan setelah rilis data tersebut.

Baca juga: Harga emas anjlok 41 dolar, hentikan reli pemecahan rekor

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik setelah laporan tersebut dan mencapai level tertinggi dalam tiga hari. Indeks terakhir naik 0,6 persen menjadi 93,410.

Rebound indeks dolar AS pada Jumat (7/8/2020) mungkin tidak menandai berakhirnya pelemahan baru-baru ini, kata beberapa analis.

Terlepas dari kenaikan pada Jumat (7/8/2020), indeks dolar, yang mencapai level terendah dua tahun pada Kamis (6/8/2020), berada pada kecepatan untuk menyelesaikan minggu ini dengan turun 0,05 persen. Itu adalah kerugian mingguan ketujuh berturut-turut, rekor terpanjang dalam satu dekade.

“Survei satu bulan tidak akan cukup untuk menahan penurunan dolar secara berarti,” kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions, Joe Manimbo, di Washington.

Baca juga: Harga minyak jatuh, investor khawatir dampak bangkitnya Corona

Investor juga mengawasi pembicaraan stimulus yang sedang berlangsung di Washington.

Partai Republik dan Demokrat AS sejauh ini gagal mencapai kesepakatan tentang langkah-langkah stimulus fiskal yang menurut banyak investor diperlukan untuk mencegah ekonomi kehilangan lebih banyak momentum.

Euro telah mundur dari tertinggi baru-baru ini, dan terakhir melemah 0,8 persen menjadi 1,1785 dolar, sedangkan pound Inggris turun 0,7 persen menjadi 1,3057 dolar.

Baca juga: Saham Spanyol kembali jatuh, Indeks IBEX 35 tergerus 0,11 persen

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko jatuh di tengah kekhawatiran tentang memburuknya hubungan AS-China dan penilaian suram Bank Sentral Australia terhadap ekonomi lokal. Terakhir anjlok 1,1 persen pada 0,7157 dolar AS.

Dolar berada pada level paling oversold dalam lebih dari 40 tahun, bank investasi Morgan Stanley mengatakan pada Jumat (7/8/2020), menambahkan sekarang telah bergeser dari sikap bearish dolar dan berubah "netral secara taktis" pada mata uang AS.

Para spekulan menaikkan posisi net short dolar mereka di minggu terakhir, data pada Jumat (7/8/2020) menunjukkan.

Baca juga: Saham Jerman melambung, Indeks DAX 30 terangkat 83,57 poin

Baca juga: Saham Inggris bangkit dari kerugian, Indeks FTSE 100 naik 0,09 persen

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020