Konsumsi beras sangat tinggi dan itu tidak sehat. Padahal sumber karbohidrat pada nasi itu bisa diganti dengan ubi kayu, kentang, pisang dan lain-lain, ini kami sudah lakukan di provinsi.
Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan bahwa konsumsi beras sangat berlebih di Indonesia, yang dinilai tidak sehat, sehingga Kementan menginisiasi diversifikasi pangan di masyarakat.
"Konsumsi beras sangat tinggi dan itu tidak sehat. Padahal sumber karbohidrat pada nasi itu bisa diganti dengan ubi kayu, kentang, pisang dan lain-lain, ini kami sudah lakukan di provinsi," kata Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementan, Dr Ir Riwantoro melalui webinar nasional yang digelar Universitas Hasanuddin dalam rangka peringatan Dies Natalis ke 64 Unhas, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Webinar dengan tema "Optimalisasi pangan lokal bagi kelompok rentan (ibu, hamil, menyusui dan balita)" tersebut mengungkap bahwa Indonesia yang kaya dengan aneka jenis pangan yang tumbuh dan berkembang, tersedia melimpah di seluruh wilayah Indonesia memberikan peluang besar bagi masyarakatnya untuk diversifikasi pangan pada tingkat lokal.
Baca juga: Kementan gandeng 6 universitas kembangkan diversifikasi pangan
Riwantoro mengatakan diversifikasi pangan harus dilakukan karena tidak ada satu jenis pangan yang memiliki kandungan gizi lengkap. Selain itu untuk hidup sehat, aktif dan produktif, manusia memerlukan gizi yang terdiri dari sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral serta air dalam jumlah yang cukup dan seimbang.
"Ini juga untuk menurunkan ketergantungan konsumsi terhadap beras, tahun 2019 konsumsi gizi masyarakat memang cukup tetapi konsumsi buah dan sayur masih sangat sedikit. Artinya keanekaragaman masih sangat rendah. Sementara gula dan minyak berlebihan," urainya.
Riwantoro menyebut bahwa pengembangan diversifikasi pangan ini dilakukan melalui konsepsi pekarangan pangan lestari karena konsumsi masyarakat pada buah dan sayur masih kurang.
Baca juga: Kementan gandeng IPB kembangkan diversifikasi pangan lokal
Menurutnya, pemanfaatan lahan rumah tangga untuk pemenuhan pangan lokal, selain hemat, juga akan lebih melengkapi kebutuhan pangan keluarga dan bernilai ekonomis.
"Selain kita menghemat biaya dan mendapatkan apa yang kita mau, selebihnya kita juga bisa jual untuk pendapatan kita," ujarnya.
Konsep pangan lestari yang dimaksud dengan mengganti beras sebagai sumber karbohidrat dengan pangan lainnya, serta menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan konsumsi pangan lokal sumber karbohidrat lainnya.
"Rapat-rapat kami, snacknya menggunakan bahan pangan lokal, makan pagi dan siang diganti dengan pangan lain. Peningkatan produksi juga kami lakukan. Semoga dengan ini harganya juga bisa naik," ujarnya.
Kata dia, efek lebih jauh ke depan yakni bisa menumbuhkan UMKM pangan sebagai penyedia pangan dengan meningkatkan produksi bahan baku pangan lokal non beras.
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020