• Beranda
  • Berita
  • Analis saham: COVID-19 masih jadi sentimen selama belum ada vaksin

Analis saham: COVID-19 masih jadi sentimen selama belum ada vaksin

9 Agustus 2020 16:10 WIB
Analis saham: COVID-19 masih jadi sentimen selama belum ada vaksin
Ilustrasi - Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.

Peningkatan kasus COVID-19 masih menjadi perhatian pelaku pasar

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai pandemi COVID-19 masih akan menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan saham selama belum ada vaksin untuk penyakit tersebut.

"Peningkatan kasus COVID-19 masih menjadi perhatian pelaku pasar selama belum ditemukan vaksin yang efektif. Kekhawatiran lebih ke potensi gangguan pemulihan ekonomi akibat pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus," ujar Hans dalam pernyataan persnya di Jakarta, Minggu.

Hans menuturkan untuk sepekan ke depan, COVID-19 masih menjadi salah satu sentimen yang mungkin mempengaruhi pergerakan IHSG.

"Kami perkirakan IHSG cenderung konsolidasi melemah dengan support di level 5.059 sampai 4.928 dan resistance di level 5.200 sampai 5.250," kata Hans.

Sentimen lainnya yaitu memanasnya konflik China dan AS, yang juga menjadi perhatian pelaku pasar. Hal ini menyusul Presiden AS Donald Trump yang melarang setiap transaksi AS dengan raksasa teknologi dari China ByteDance (pembuat aplikasi Tik Tok) dan Tencent (pembuat aplikasi WeChat) selama 45 hari.

Pasar khawatir bila China melakukan pembalasan dengan memblok aplikasi dari AS seperti Apple atau Microsoft.

Selain itu, pelaku pasar menantikan kelanjutan paket stimulus AS untuk mengantisipasi pandemi COVID-19.

"Bila dicapai kesepakatan, akan menjadi amunisi baru untuk penguatan indeks. Bila tidak dan negosiasi lama, maka pasar akan merespons dengan negatif," ujarnya.

Sementara itu, data lapangan kerja AS terlihat lebih baik dari perkiraan pelaku pasar dan menjadi sentimen positif bagi pasar, tetapi belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi secara keseluruhan.

Sedangkan laba korporasi AS yang lebih baik dari konsensus pasar, menjadi sentimen positif. Faktor tersebut sudah menjadi pendorong kenaikan Indeks dan harga saham dalam beberapa minggu terakhir.

Di sisi lain, data China secara umum mengkonfirmasi negara tersebut ekonominya sudah mulai pulih sesudah lockdown sebelumnya. Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi harga ekuitas dan membantu kenaikan harga komoditas.

Dari domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tidak terlalu baik, tetapi pasar mengalihkan perhatian pada harapan pertumbuhan di kuartal ketiga.

"Harapan perbaikan ekonomi di kuartal III didapat dari data yang menunjukkan terjadi pertumbuhan penyaluran kredit dan penjualan kendaraan," kata Hans.

Baca juga: IHSG ditutup di zona hijau didukung sentimen vaksin
Baca juga: IHSG akhir pekan cenderung melemah, tertekan sentimen negatif global
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup di teritori positif, ditopang sentimen global

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020