"Pembentukan jalur perjalanan Jakarta-Bogota itu tidak hanya penting bagi dua negara dan ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara, red) di kawasan (Asia Tenggara, red), tetapi juga dunia," kata Dubes Gonzalez saat berbicara pada seminar virtual via aplikasi Zoom.
Ia menjelaskan penguatan keterhubungan dua negara merupakan aspek penting karena Indonesia dan Kolombia dapat menjadi salah satu pintu masuk yang menghubungkan kawasan Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Menurut Dubes Gonzalez, jarak Jakarta dan Bogota yang dipisahkan oleh Samudera Pasifik bukan halangan bagi kedua negara untuk memperkuat keterhubungan, apalagi Indonesia dan Kolombia pada minggu lalu telah menandatangani persetujuan pembebasan visa bagi pemegang paspor biasa/visa exemption.
"Pembebasan visa ini merupakan simbol persahabatan dan kepercayaan yang menyatukan dua negara. Mobilitas masyarakat dua negara yang bebas dapat meningkatkan transaksi bisnis, pertukaran ilmu dari para ahli, serta pertukaran wisatawan," kata Gonzalez.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Kolombia Claudia Blum de Barberi minggu lalu melalui pertemuan virtual menandatangani perjanjian bebas visa untuk paspor biasa. Penandatanganan dilakukan menjelang peringatan 40 tahun hubungan diplomatik kedua negara pada 15 September 2020.
Terkait itu, Dubes Gonzalez menyebut Garuda Indonesia, maskapai nasional Indonesia, dapat menjajaki banyak peluang untuk membuka penerbangan langsung Jakarta-Bogota.
Salah satu alasannya, Garuda Indonesia telah punya pengalaman memulangkan 366 warga Kolombia dari 19 negara di empat benua untuk kembali ke negaranya selama masa pandemi COVID-19.
"Kami berhasil menemukan rute terbaik untuk memulangkan warga Kolombia yang terjebak di Thailand, Malaysia, Hong Kong, Singapura, Australia, Indonesia, India, dan negara-negara lain di Eropa serta Afrika," kata Gonzalez.
Pemulangan itu, menurut dia, diapresiasi tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat Kolombia.
"Operasi pemulangan tersebut memungkinkan dua negara untuk menjajaki kembali peluang tidak terbatas yang tersedia bagi Garuda Indonesia di Kolombia," ujarnya.
Pemerintah Indonesia bulan lalu menyebut pembahasan mengenai pembentukan jalur perjalanan/travel corridor dengan negara lain masih mengutamakan kunjungan para pejabat negara asing, diplomat, pelaku bisnis pada sektor penting, seperti yang diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar saat acara jumpa pers Kementerian Luar Negeri pada 17 Juli.
Dalam kesempatan yang sama, ia menegaskan kunjungan wisata belum jadi prioritas untuk pembukaan travel corridor Indonesia dengan negara lain.
Sejauh ini, Pemerintah Indonesia telah menyepakati pengaturan travel corridor dengan Uni Emirat Arab (UAE). Kerja sama itu disepakati dalam pembicaraan antara Menlu Retno Marsudi dan Menlu UAE Zayed bin Sultan Al Nahyan pada 30 Juli. Namun, jalur perjalanan khusus itu hanya dapat dimanfaatkan oleh kunjungan diplomatik dan perjalanan bisnis.
Baca juga: Wisatawan belum jadi prioritas "travel corridor" Indonesia
Baca juga: Presiden Jokowi usung ASEAN Travel Corridor dalam KTT ASEAN
Garuda Indonesia kehilangan empat musim puncak penerbangan tahun 2020
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020