Sejumlah operator transportasi umum menilai penggunaan kendaraan listrik, khususnya untuk angkutan umum, kian penting dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak fosil sehingga membutuhkan dukungan regulasi pemerintah.Perkembangan kendaraan listrik ke depan akan sangat pesat dan semua sependapat kendaraan listrik akan merupakan model transportasi modern.
Pendapat tersebut disampaikan oleh BlueBird EV Project Leader Prayoga Wiradisuria, Direktur Utama Damri Setia N Milatia Moemin, serta Kepala Divisi Teknik dan Pengembangan Bus Listrik PT TransJakarta Ery Priawan dalam webinar nasional Adaptasi Kebiasaan Baru Bertransportasi Menuju Indonesia Baru yang diadakan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) di Jakarta, Rabu.
Prayoga mengatakan sebagai pioner perusahaan taksi pertama yang menggunakan kendaraan listrik, perusahaan ikut mendukung program pemerintah dalam menggalakkan penggunaan kendaraan listrik dalam operasional usaha sehari-hari.
"Perkembangan kendaraan listrik ke depan akan sangat pesat dan semua sependapat kendaraan listrik akan merupakan model transportasi modern," katanya.
Baca juga: Pemerintah serius dan istimewakan kendaraan listrik
Saat ini, katanya, setidaknya sudah ada lebih 23 negara yang perusahaan taksinya menggunakan kendaraan listrik dan BlueBird mengikuti langkah perusahaan taksi di negara-negara tersebut, selain ikut mendukung program pemerintah mengenai kendaraan listrik.
Saat menggunakan kendaraan listrik untuk armada taksi, perusahaan sudah melalui proses yang sangat panjang hingga akhirnya diluncurkan taksi kendaraan listrik pada 2019 dengan pilihan merek BYD dan Tesla, sekalipun masih dalam jumlah terbatas 29 unit.
"Penggunaan kendaraan listrik untuk taksi ini menjadi revolusi bagi kendaraan yang digunakan secara komersial di Jakarta dan ini akan terus berkembang dan diikuti perusahaan lain," katanya.
Baca juga: RI siap jadi produsen kendaraan listrik dan industri baterai lithium
Untuk mendorong lebih maju kendaraan listrik di Indonesia, katanya, pemerintah perlu mendukung dengan mengeluarkan berbagai regulasi antarkementerian seperti mengenai biaya listrik, BM impor suku cadang, hingga kemudahan infrastruktur membangun stasiun pengisian listrik untuk kendaraan.
Direktur Utama Damri Setia N Milatia Moemin mengatakan sekalipun perusahaan mendukung penggunaan bus listrik tapi sampai saat ini pihaknya masih belum memiliki bus listrik untuk armadanya.
"Sebenarnya program menggunakan bus listrik ini sudah kami rencanakan beberapa waktu lalu, tapi karena mewabahnya COVID-19 maka program tersebut terpaksa kami jadwal ulang," katanya.
Namun demikian, kata Moemin, perusahaan tetap berkomitmen kuat dalam waktu tidak lama akan menggunakan bus listrik untuk sebagian armadanya.
Baca juga: TransJakarta uji coba bus listrik untuk rekomendasikan pengadaan
Untuk melihat seberapa jauh keuntungan menggunakan bus listrik, dia mengatakan perusahaan bersama konsultan Grutters telah melakukan berbagai kajian yang pada intinya penggunaan kendaraan listrik akan sangat menguntungkan untuk jangka panjang.
"Memang pada awal-awal penggunaan kendaraan listrik akan memakan biaya besar, tapi untuk jangka panjangnya akan lebih menguntungkan. Untuk itu kami juga minta dukungan pemerintah untuk mengeluarkan berbagai regulasi antarkementerian," katanya.
Kepala Divisi Teknik dan Pengembangan Bus Listrik PT TransJakarta Ery Priawan, mengatakan perusahaannya saat ini sudah melakukan uji coba terhadap dua bus listrik merek BYD buatan China selama tiga bulan untuk rute Balai Kota-Blok M.
"Mengapa perusahaan melakukan uji coba bus listrik merek BYD? Karena bus tersebut sudah melalui proses legalitas dan dinilai layak untuk beroperasi di jalan raya," katanya.
TransJakarta, katanya, selain menerima bus listrik dari BYD juga menerima tawaran kendaraan serupa dari berbagai merek seperti Skywell, INKA, Edison, Zhongton, MAB, dan Golden Dragon.
Alasan pilih BYD
President Director & CEO PT. Bakrie Autoparts Dino A. Ryandi, mengatakan perusahaan sejak sejak awal mempunyai keinginan untuk menjadi pelopor industri kendaraan listrik sebagai sarana angkutan masal masyarakat.
Keinginan ini timbul karena kita menilai kebutuhan atas sarana angkutan kendaraan listrik sudah sangat mendesak karena sejumlah kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta mempunyai tingkat polusi yang sangat tinggi.
"Selain itu Indonesia adalah salah satu penandatangan United Nations Paris Accord tenang Perubahan Iklim sehingga kita harus memastikan bahwa sampai dengan tahun 2025 kita sudah mengimplementasikan minimal 23 persen dari transportasi publik kita sudah berbasis energi terbarukan," katanya.
Sebagai perusahaan yang mengimpor bus listrik BYD yang digunakan TransJakarta, Dino mengatakan ada sejumlah alasan yang menjadikan pihaknya memilih produsen kendaraan listrik China itu.
Sejumlah alasan tersebut, katanya, BYD merupakan perusahaan kendaraan listrik terkemuka di China yang produknya menguasai pangsa di negaranya, selain itu perusahaan tersebut juga sudah ekspor bus listrik ke berbagai negara.
"Dan ini yang terpenting adalah BYD sangat mendukung alih teknologi kepada kita serta siap kendaraannya yang diproduksi nanti sebagian besar menggunakan suku cadang lokal Indonesia," katanya.
Ia juga berharap untuk mendukung agar kendaraan listrik di Indonesia cepat berkembang, perlu dibuat regulasi turunan dari kementerian/lembaga untuk menindaklanjuti Perpres No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Transportasi Jalan.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020