Wayan Koster juga mengungkapkan Bendungan Tamblang ini untuk penyediaan air baku kepada masyarakat untuk air minum, kemudian juga untuk pengairan dan irigasi di wilayah sekitar dan untuk mendukung berkembangnya industri di Buleleng.
"Utamanya industri ketahanan pangan dan industri lainnya yang berkaitan dengan hilirisasi pertanian yang sangat membutuhkan dukungan pengairan," ungkapnya.
Oleh karena itu, pembangunan Bendungan Tamblang menjadi program prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sehingga bisa berjalan sesuai dengan rencana. Meskipun, dalam pandemi ini, terjadi rasionalisasi anggaran untuk penanganan COVID-19.
Baca juga: Gubernur Bali larang pengembangan pariwisata gusur masyarakat adat
"Proyek Bendungan Tamblang tetap berjalan dengan anggaran Rp840 miliar. Hanya untuk pembangunan fisik. Di luar dari pengadaan lahan," kata Wayan Koster.
Dalam kesempatan itu, Bupati Agus Suradnyana menjelaskan fungsi utama dari bendungan ini memang sebagai pengairan untuk sektor pertanian. Bendungan Tamblang ini juga dapat menyediakan kebutuhan air baku. Air baku yang dihasilkan dapat mengaliri 500 hektare daerah irigasi yang ada di wilayah sekitar bendungan dan di bawah bendungan.
"Di daerah Timur, ada sumber air baku juga di Air Sanih yang menghasilkan air 120 liter/detik. Ditambah yang dari Bendungan Tamblang sebanyak 510 liter/detik, sehingga dapat dimaksimalkan untuk memajukan sektor pertanian," katanya.
Di bagian Barat, ada juga bendungan Titab yang sudah mulai beroperasi secara bertahap. Air bakunya juga sudah mulai didistribusikan. Selain itu, pengairan untuk pertanian sudah dialirkan, sehingga bisa memaksimalkan penggunaan untuk pertanian.
"Ada juga Bendungan Gerokgak, namun saat ini sedimentasi sedang berlangsung di sana. Saat ini bertahan hanya untuk menampung air hujan," ujar Agus Suradnyana.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, Maryadi Utama, ST.,M.Si mengatakan pengerjaan Bendungan Tamblingan sudah mencapai 21,03 persen. Ini menunjukkan deviasi positif sebesar 0,03 persen. Saat ini, yang sudah dibangun adalah terowongan pengelak sepanjang 31 meter dan dam utama sudah terbangun 30 persen.
Baca juga: BKSDA Bali lepasliarkan delapan penyu hijau hasil sitaan
"Terowongan pengelak digunakan untuk mengelakkan atau membelokkan air. Setelah terowongan pengelak jadi, baru air akan dialirkan," katanya.
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Made Adnyana
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020