• Beranda
  • Berita
  • BRG berdayakan petani lahan gambut budidaya nanas

BRG berdayakan petani lahan gambut budidaya nanas

12 Agustus 2020 21:33 WIB
BRG berdayakan petani  lahan gambut  budidaya nanas
Petani siap memanen nanas hasil budidaya di lahan gambut di Kota Dumai, Riau (Antara/HO-BRG)
Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan pemberdayaan petani lahan gambut di Kota Dumai Provinsi Riau dengan pengembangan budidaya nanas sebagai salah satu upaya mencegah kebakaran di lahan gambut.

Masuknya program Badan Restorasi Gambut (BRG) pada 2017, berdasar keterangan tertulis dari BRG di Jakarta disebutkan mengubah kebiasaan masyarakat dalam menanam nanas.

BRG waktu itu membuat sekat kanal dan melanjutkan program revitalisasi ekonomi dengan memberikan bantuan budi daya nanas kepada petani di bekas lahan gambut yang terbakar seluas sekitar 15 hektare.

Menurut Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Mundam Jaya Makmur Djarot, penanaman nanas di lahan gambut tipis sangat cocok, kesuburannya bagus, daya tahannya baik dan nanas dapat tumbuh cepat.

Djarot bercerita, nanas ditanam di tengah penanaman pohon jelutung (Dyera spp) dan meranti yang mana sistem tumpang sari ini kini telah membuahkan hasil.

"Nanas bukan untuk dimanfaatkan buahnya saja tapi juga bisa menahan api," ujarnya.

Dia menjelaskan, bantuan budi daya nanas dari BRG pada 2017 sudah membuahkan panen pada akhir 2019.

Djarot menyebut, dari 10.000 pokok nanas, dihasilkan 6.000 hingga 7.000 pokok nanas baru dan dapat ditanam di area seluas satu hektare.

"Pasalnya pertumbuhan nanas nggak sama, ada yang besar, ada yang kecil. Kami mengeluarkan buah nanas yang besar-besar dulu, yang kecil ditunda," katanya.

Djarot menghitung, dia pernah menjual sekitar 3000 gandeng nanas yang mana setiap gandeng terdapat dua buah nanas.

Dia menjual satu gandeng dengan kisaran harga Rp3.000 hingga Rp4.000. .

Selama proses penanaman, tambahnya, para petani tidak memiliki persoalan, namun persoalan baru muncul saat proses penjualan dan datangnya musim penghujan.

"Kalau musim hujan, ke kebunnya nggak bisa karena banjir. Kami sulit mengakses kebun untuk mengambil buah," kata dia.

Djarot berharap ada lagi bantuan yang bisa dimanfaatkan masyarakat terutama untuk menyelesaikan persoalan penjualan, sebab, pada tahap inilah pokmas kerap mengalami kesulitan, tidak hanya pada nanas, namun juga produk turunannya.
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020