• Beranda
  • Berita
  • Jurnalis: Tidak ada perbedaaan gender dunia jurnalistik Indonesia

Jurnalis: Tidak ada perbedaaan gender dunia jurnalistik Indonesia

13 Agustus 2020 18:34 WIB
Jurnalis: Tidak ada perbedaaan gender dunia jurnalistik Indonesia
Jurnalis perempuan Rosianna Silalahi sekaligus Pemimpin Redaksi Kompas TV. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)
Jurnalis perempuan Rosianna Silalahi sekaligus Pemimpin Redaksi Kompas TV menilai hampir tidak ada perbedaan gender dalam dunia jurnalistik Indonesia, terutama menyangkut karir dan kesejahteraan.

"Bisa dibilang kita dalam kesamaan, tidak dibeda-bedakan," katanya saat diskusi daring dengan tema Kesetaraan Gender di Ruang Redaksi yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Jika dibandingkan Amerika Serikat, Rosi panggilan akrabnya mengatakan Indonesia masih tergolong lebih baik dalam hal kesetaraan gender di dunia jurnalistik.

Baca juga: Dirut ANTARA: Gender bagian diversifikasi di ruang redaksi

Baca juga: KPPPA: Media massa berperan dorong kesetaraan gender


Perempuan yang telah berkecimpung belasan tahun di dunia jurnalistik tersebut menilai kesempatan dalam hal kompetisi dan sebagainya masih terjaga dengan baik.

Sebagai contoh posisi wartawan, produser kamera person dan sebagainya tidak mesti harus dikerjakan oleh laki-laki, perempuan juga memiliki hak serta kesempatan yang sama.

Senada dengan Rosi, Pemimpin Redaksi Liputan6.com Irna Gustiawati mengatakan ketika seorang perempuan berada di posisi pimpinan suatu perusahaan pers, artinya sudah tidak ada lagi masalah gender.

Khusus di tempat ia bekerja, jumlah laki-laki ada 55 persen dan perempuan 45 persen. Setidaknya, hal tersebut telah mengarah pada kesetaraan gender. Untuk pembagian pekerjaan pun yang biasanya kerap dilakukan laki-laki, kini juga sudah banyak dikerjakan oleh perempuan.

Baca juga: Kowani: Pandemi momentum penerapan kesetaraan gender

Baca juga: Bamsoet: Tingkatkan kiprah politik kaum perempuan


"Misalnya redaktur pelaksana tekno dan bisnis yang identik dengan laki-laki kini diisi oleh perempuan," ujarnya.

Sebaliknya, redaktur pelaksana kesehatan dan gaya hidup yang identik dikerjakan oleh perempuan, justru diambil alih oleh laki-laki. "Jadi ketika pemimpin redaksinya perempuan hampir dipastikan masalah gender tidak ada lagi," ujar dia.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020