Persentase yang sangat kecil dari populasi dunia telah terinfeksi virus dan memiliki "jalan yang panjang untuk membakar" jika dibiarkan, katanya.
WHO dinilai minim informasi untuk mengevaluasi perluasan penggunaan vaksin COVID-19 baru buatan Rusia, kata penasihat senior WHO, Bruce Aylward, saat pengarahan di Jenewa.
Pada Selasa Rusia menjadi negara pertama di dunia yang memberikan lampu hijau untuk vaksin COVID-19, yang dinamai "Sputnik V". Pemberian nama vaksin itu sebagai penghormatan atas peluncuran satelit pertama di dunia oleh Uni Soviet.
Baca juga: WHO peringatkan penurunan imunisasi terhadap anak-anak selama pandemi
Baca juga: WHO: Pandemi corona "satu gelombang besar", bukan musiman
Atas klaim Rusia mengenai yang pertama dalam menemukan vaksin COVID-19, Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar mengatakan bahwa dalam perkara vaksin, yang terpenting bukan siapa yang tercepat tapi soal keampuhan dan keamanan vaksin.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn juga mengemukakan pesimismenya atas vaksin virus corona dari Rusia itu. Salah satu faktor yang memunculkan pesimisme itu adalah fakta bahwa ketika diuji klinis, efektivitas vaksin itu hanya 10 persen.
Meski demikian, beberapa negara antara lain Filipina telah menyatakan berminat dengan vaksin Rusia itu dan para pejabat medis di negara itu melakukan pembicaraan dengan pejabat medis Rusia yang bertanggung jawab atas penemuan vaksin yang dikembangkan Gamaleya Institute itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: WHO peringatkan tidak ada solusi sederhana untuk COVID-19
Baca juga: WHO: Dampak virus corona akan terasa hingga puluhan tahun ke depan
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020