"Saya yakin, sebagai masyarakat Aceh kita telah banyak mengambil pelajaran dan pengalaman dalam perjalanan sejarah Aceh, karenanya, sangatlah patut jika masa lalu itu menjadi cermin untuk membangun Aceh yang lebih baik," kata Nova Iriansyah di Aceh Besar, Sabtu.
Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela menghadiri peringatan 15 tahun perdamaian Aceh atau lebih dikenal sebagai MoU Helsinki, di Meuligoe Wali Nanggroe,.
Nova menjelaskan tidak ada cara yang lebih baik dalam merawat damai melainkan dengan menumbuhkan rasa cinta, kepedulian, persatuan dan kebersamaan.
Baca juga: Wali Nanggroe Aceh berharap pemerintah pusat tuntaskan MoU Helsinki
Ia mengatakan sejak perjanjian perdamaian ditandatangani 15 tahun lalu, pada prinsipnya masyarakat Aceh harus terus berjuang bahu membahu merawat damai dengan cara mencegah perseteruan dan perselisihan.
Nova menyadari, dalam perjalanan 15 tahun damai Aceh, banyak permasalahan yang harus dihadapi baik internal maupun eksternal dan sebagai masyarakat yang kaya dengan kearifan lokal, tentu permasalahan-permasalahan yang bersifat internal mesti diselesaikan secara bijaksana.
Sementara secara eksternal, permasalahan-permasalahan seperti butir-butir dalam MoU dan UUPA yang belum seluruhnya dapat diimplementasikan, mesti disuarakan bersama-sama secara bijak, terpola, penuh diplomasi dan negosiasi.
Nova menyebutkan, perdamaian Aceh adalah nikmat Allah terbesar yang wajib disyukuri. Momentum damai Aceh yang diawali dengan penandatanganan perjanjian antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia di Helsinki-Finlandia 15 tahun silam merupakan perjuangan yang sangat melelahkan dan Menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan sejarah masyarakat Aceh dan sekaligus menjadi pondasi dalam rangka menggapai kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.
Nova juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh tokoh perdamaian Aceh, ketua Komite Peralihan Aceh dan seluruh jajaran, para ulama serta unsur-unsur terkait lainnya atas dedikasi dan pengorbanan selama ini dalam mengawal secara intensif keberlangsungan jalannya perdamaian Aceh selama 15 tahun.
"Atas nama pribadi dan Pemerintah Aceh kami menyampaikan apresiasi, semoga Allah membalas semua jasa baik ini.”
Ketua Badan Reintegrasi Aceh Said Fahrurrazi, mengatakan 15 tahun perdamaian harus dimanfaatkan bersama untuk membangun masa depan Aceh yang lebih baik.
Baca juga: Polda Aceh kibarkan Merah Putih di dasar laut nol kilometer Indonesia
Baca juga: Nova Iriansyah: Keberhasilan KEK Arun tanggung jawab konsorsium
Di antara upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Aceh adalah penyediaan lahan bagi mantan kombatan GAM serta tapol-napol dan masyarakat imbas konflik.
Ia menyebutkan pada perayaan 15 tahun damai, sebanyak 427 masyarakat akan diberikan lahan untuk bercocok tanam. Seremonial diberikan kepada 3 mantan kombatan.
Selain itu, Pemerintah Aceh juga telah mengeluarkan Peraturan Gubernur No.330/1209/2020 Tentang Penetapan Penerima Reparasi Mendesak Hak Korban Kepada Korban Pelanggaran HAM. Sampai saat ini Said melaporkan bahwa BRA telah mendapatkan data 250 masyarakat yang bakal menerima reparasi tersebut.
"Semoga semua masyarakat yang terdampak bisa mendapatkan hal yang serupa. Apresiasi kami kepada Pemerintah Aceh yang telah mengupayakan perwujudan butir-butir MoU ini," kata Said.
Selain itu, Said berharap pada momentum 15 tahun damai Aceh, pembangunan museum perdamaian Aceh bisa diwujudkan.
Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar juga menyampaikan terima kasih kepada jutaan masyarakat Aceh yang telah bersabar menanti dalam perwujudan dari seluruh butir-butir MoU Helsinki.
Ia yakin dengan komitmen menjaga perdamaian, seluruh isi dari poin perdamaian tersebut akan terwujud.
Pihaknya juga sudah menjumpai presiden yang di antaranya membahas perwujudan butir-butir MoU Helsinki dan respon Presiden Joko Widodo sangat baik.
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi pemerintah pusat bisa mewujudkan seluruh butir-butir MoU Helsinki," kata Malik Mahmud.
Baca juga: Partai Aceh kibarkan Bulan Bintang peringati 15 tahun perdamaian
Pewarta: M Ifdhal
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020