Meski demikian peringatan detik-detik HUT Ke-75 Kemerdekaan RI di Aceh dan juga di provinsi lain di Nusantara ini tentu saja berbeda dikarenakan rakyat Indonesia sedang menghadapi krisis sebagai dampak mewabah nya coronavirus disease (COVID-19).
Semarak HUT RI 2020, memang tidak ada aneka lomba sebagai ajang silaturahim sekaligus hiburan bagi masyarakat dari tingkat gampong (desa) hingga kabupaten/kota, misalnya, atraksi tarik tambang, panjat pinang, tangkap itik dalam air, perahu dan lompat dengan menggunakan karung serta makan kerupuk.
Kemudian lomba perahu hias, sepeda hias, bawa kelereng dalam sendok makan hingga pawai dengan peserta nya menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, serta pameran pembangunan yang rutin sebagai rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI.
Dan tidak kalah pentingnya, upacara 17 Agustus yang melibatkan TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN), mahasiswa, ormas OKP, pelajar dan tokoh masyarakat lainnya digelar di lapangan-lapangan, namun untuk peringatan kemerdekaan tahun ini ditiadakan karena wabah COVID-19 belum mereda.
Tahun-tahun sebelumnya, pasar-pasar dan arus lalu lintas kendaraan akan kembali ramai setelah selesainya upacara HUT Kemerdekaan yang diselenggarakan. Sebagian warga mendatangi lapangan upacara untuk menyaksikan berbagai atraksi yang kerap dilakukan pasukan TNI setiap 17 Agustus.
Kendati tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya, namun peringatan detik-detik Kemerdekaan RI tetap dilaksanakan secara sederhana namun tetap berjalan khidmat, seperti di gubernuran dengan instruktur upacara Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah.
Kemudian, kegiatan sederhana berupa upacara pengibaran bendera merah putih juga dilaksanakan di sejumlah kabupaten dan kota seperti di Aceh Barat, Aceh Jaya, Kota Sabang, Aceh Tengah, Aceh Barat Daya dan Kota Lhokseumawe.
Bahkan sejumlah anak muda di Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) masuk ke warung dan meminta pengunjung yang sedang menikmati kopi untuk berdiri sejenak sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil mengibarkan bendera merah putih.
Aksi mengumandangkan lagu Indonesia Raya dari dalam warung kopi di Blangpidie, Abdya itu berlangsung sekitar pukul 10.17 WIB atau saat peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI yang kini genap berusia 75 tahun.
"Aksi ini saya lakukan sebagai bentuk rasa nasionalis terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena pelaksanaan HUT Ke-75 Indonesia tahun ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya, apalagi masyarakat tidak bisa menyaksikan langsung pengibaran bendera merah putih di lapangan," ujar pemuda itu.
Awalnya kata Muhammad Azmi, dirinya merasa kurang percaya diri saat mengajak pengunjung warung kopi untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun demikian, semangat dan tekat yang ia miliki terus mendorong dirinya agar melakukan aksi tersebut.
"Alhamdulillah, ternyata semua masyarakat yang sedang menikmati kopi di warung ikut serta dalam aksi ini. Semua mereka merespon dengan baik dan ikut serta menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil memegang merah putih," ujar Muhammad Azmi.
Salah seorang pengunjung warung kopi, Mustafa menilai aksi yang dilakukan pemuda itu sangat positif dan menarik. Sebab dengan situasi dan kondisi terbatas akibat pandemik COVID-19 ini, ternyata Muhammad Azmi mampu membangkitkan jiwa patriotisme warga.
"Masa pandemik COVID-19 ini semua kegiatan susah kita laksanakan tidak terkecuali perayaan hari bersejarah negara kita. Tentunya apa yang dilakukan saudara kita ini sangat bagus dan positif, sebab meskipun tidak ada upacara, tapi kita juga menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama di warung kopi,” tutur Mustafa.
Di Aceh Barat, ribuan nelayan menghentikan aktivitas melaut untuk menghormati HUT Ke-75 Republik Indonesia , 17 Agustus 2020. "Penghentian aktivitas melaut pada hari kemerdekaan ini merupakan bentuk kecintaan nelayan Aceh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia," ucap Ketua Komunitas Adat Panglima Laut Kabupaten Aceh Barat, Amiruddin.
Menurutnya, keputusan tidak melaut pada peringatan hari kemerdekaan tersebut juga sudah menjadi keputusan seluruh komunitas masyarakat nelayan di Aceh, yang menyatakan bahwa peringatan hari kemerdekaan ditetapkan sebagai salah satu hari pantang melaut di Aceh.
Bendera raksasa
Sementara Kepolisian Resor (Polres) Pidie, Aceh, juga mengibarkan bendera raksasa di menara air berusia seratusan tahun yang merupakan peninggalan Belanda dalam rangka memeriahkan peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI.
Kepala Bidang Humas Polda Aceh Kombes Pol Ery Apriyono menjelaskan bahwa pengibaran bendera raksasa turut melibatkan unsur TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kabupaten Pidie.
"Pengibaran bendera raksasa tersebut mendapat respons positif dari masyarakat. Sudah sekian lamanya menara ini masih kokoh dan ini merupakan kedua kalinya bendera merah putih berkibar di atas menara air tersebut," kata Kombes Pol Ery Apriyono.
Menara air atau yang dikenal masyarakat dengan sebutan water lading lebih dari seratus tahun. Bangunan bersejarah itu berada di Gampong Blok Bengkel, Kecamatan Kota Sigli, Pidie, merupakan peninggalan kolonial Belanda.
Dulu, bendera merah putih pernah dikibarkan pada 26 Agustus 1945. Bangunan tua itu juga bukti sejarah, tetap berdiri kokoh ketika gempa bumi kuat disusul tsunami pada 26 Desember 2004 yang terjadi di Samudera Hindia.
Selain pengibaran bendera raksasa di atas bangunan berusia seratus tahun, bendera dan pernak-pernik merah putih juga menghiasi kota Sigli, ibu kota kabupaten Pidie, baik di perumahan warga maupun kantor pemerintahan dan swasta.
“Meski di masa pandemik COVID-19, anggota Polri berinisiatif mengibarkan bendera merah putih raksasa. Pilihannya ada di puncak menara air peninggalan Belanda," imbuh Kombes Pol Ery Apriyono.
Dalam memperingati 75 tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) , Korem 011 Lilawangsa membentangkan bendera di dasar laut perairan Lhokseumawe, tepatnya di Desa Ujung Batee Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada 17 Agustus 2020.
Prosesi pengibaran sangsaka merah putih tersebut dimulai pada pukul 09.30 WIB dan melibatkan tim penyelam dari TNI-Polri, POSSI Lhokseumawe dan Aceh Utara, SAR Aceh Utara serta mahasiswa Universitas Malikussaleh.
Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa Kolonel Inf Sumirating Baskoro mengatakan kegiatan mengibarkan bendera di dasar laut dengan kedalaman enam meter tersebut bertujuan untuk menumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap NKRI.
"Peringatan hari kemerdekaan RI ini memiliki makna yang sama di seluruh penjuru Indonesia, maka patut disyukuri, karena kemerdekaan tersebut lahir berkat usaha perjuangan dan pengorbanan seluruh komponen masyarakat," kata Baskoro.
Ia menambahkan bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya adalah bagaimana untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan tersebut dalam bingkai NKRI.
"Tantangan kemerdekaan itu adalah bagaimana mengisi kemerdekaan itu, bagaimana kita merdeka dari kemiskinan dan merdeka dari kebodohan," ucapnya menambahkan.
Sebanyak 25 penyelam terlibat dalam prosesi pengibaran bendera merah putih di dasar laut perairan Lhokseumawe dengan kedalaman enam meter di bawah permukaan laut.
Upacara peringatan HUT RI ke-75 untuk tahun ini dilakukan dengan cara berbeda itu adalah yang pertama kali dilakukan di jajaran Korem 011/Lilawangsa.
"Dalam mewarnai peringatan hari kemerdekaan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di daerah lain ada yang mengibarkan bendera di menara air, gunung dan lain sebagainya. Namun, kita hari ini lakukan di dasar laut," ujarnya.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah berpesan agar semangat hari kemerdekaan tidak luntur, sehingga dalam suasana wabah COVID-19 ini masih tetap dapat melanjutkan tugas-tugas negara, melayani rakyat, meskipun harus mengikuti protokol kesehatan pencegahan penularan.
"Semangat hari ulang tahun kemerdekaan tetap tertancap di dada kita sehingga dalam suasana yang prihatin pun, COVID-19, kita tetap melanjutkan tugas-tugas negara walaupun harus dikondisikan sesuai protokol kesehatan," demikian pesan Plt Gubernur Aceh.
Pewarta: Azhari
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020