Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati menjelaskan transformasi yang tengah dilakukan perseroan akan menjadikan mal tersebut unik dan tidak secara khusus untuk menyaingi mal-mal di sekitarnya, seperti Grand Indonesia maupun Plaza Indonesia.Konsep yang diangkat Sarinah adalah 'community mall', tidak 'head to head' dengan Grand Indonesia, atau Plaza Indonesia atau mal lainnya, tapi menjadi mal yang unik karena mengandalkan komunitas 'neighbourhood' dan 'public engagement'.
Dalam jumpa pers Pencanangan Perdana Tranformasi Sarinah di Jakarta, Selasa, Fetty menjelaskan konsep mal Sarinah akan mengangkat "community mall" dan diharapkan menjadi ikon Jakarta atau destinasi yang wajib dikunjungi (must visit place).
"Konsep yang diangkat Sarinah adalah 'community mall', tidak 'head to head' dengan Grand Indonesia, atau Plaza Indonesia atau mal lainnya, tapi menjadi mal yang unik karena mengandalkan komunitas 'neighbourhood' dan 'public engagement'," kata Fetty.
Baca juga: Erick Thohir: Sarinah difokuskan pasarkan produk UMKM Indonesia
Selain HUT ke-75 RI, momen 17 Agustus lalu juga menjadi hari jadi ke-58 BUMN yang menjadi wadah industri kreatif Tanah Air tersebut. Dalam peringatan hari jadi tahun ini, Sarinah juga melakukan pencanangan perdana transformasi yang akan membawa perseroan kepada tren kekinian dan pola belanja yang modern.
Dalam transformasinya, Sarinah akan mengubah empat area yakni retail, trading, digital, dan property. Khusus pada sektor retail, Sarinah tidak lagi dikenal sebagai toserba atau department store, melainkan "specialty store"
Menurut Fetty, perubahan tersebut lebih sesuai dengan tren pola belanja masyarakat saat ini. Ada pun produk yang akan dijual pada "specialty store" mencakup fesyen, kerajinan, kesehatan dan kecantikan, aksesoris, hingga tas.
Baca juga: Direksi baru Sarinah diharapkan tuntaskan agenda besar transformasi
Sarinah juga akan mengunggulkan budaya kuliner dengan menyajikan masakan nusantara pada bisnis Food and Beverage. Kedai kopi tengah menjamur juga akan tersedia di mal Sarinah.
Untuk menjangkau pelaku usaha internasional dan merambah turis mancanegara, Sarinah juga menghadirkan toko bebas pajak (duty free) dengan menempatkan lokasi tidak hanya di pusat kota, tetapi juga Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng serta Ngurah Rai, Bali.
Tentunya, produk karya UMKM yang sudah terkurasi dari berbagai kategori akan dipajang di "Trading House". Sarinah diharapkan bisa menjadi agregator dan pusat data produk UMKM Indonesia untuk dipasarkan secara daring dan luring.
"Trading house menjadi showcase produk yang sudah terkurasi dan bisa menjadi 'meeting hub' antara mitra internasional dan UKM," kata Fetty.
Fetty menambahkan konsep baru yang akan dihadirkan Sarinah, yakni zona budaya (culture zone) yang memberi edukasi baik budaya kuliner, seni hingga pengalaman (experience). Untuk memfasilitasi pekerja milenial, Sarinah juga menyediakan coworking space yang sebelumnya tidak ada di mal tersebut.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020