• Beranda
  • Berita
  • Polisi cegah perang tradisional antardistrik di Jayawijaya

Polisi cegah perang tradisional antardistrik di Jayawijaya

19 Agustus 2020 15:18 WIB
Polisi cegah perang tradisional antardistrik di Jayawijaya
Kapolres Jayawijaya AKBP Dominggus Rumaropen saat bertemu masyarakat yang membawa jenazah korban pembunuhan di dalam karung. Masyarakat ini hendak melakukan pembalasan namun dihalau oleh polisi. (ANTARA/Marius Frisson Yewun)
Sebanyak 100 personel Polres Jayawijaya, Polda Papua, disiagakan di tiga titik untuk mencegah perang tradisional antara masyarakat Kampung Meagama, Distrik Hubikosy dan Kampung Kosiwuka Distrik Pelebaga.

Kapolres Jayawijaya AKBP Dominggus Rumaropen di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Rabu, mengatakan polisi telah menyekat pergerakan massa yang sejak pagi hari sudah membawa peralatan perang tradisional.

"Masyarakat dua kampung itu sudah siap (berperang) dan kami sudah tempatkan personel di dua kampung ini. Personel juga sudah melakukan penggalangan sehingga masyarakat bisa kembali ke tempat masing-masing," katanya.

Baca juga: Pemerintah Jangan Terkesan Biarkan Perang Suku Papua

Belum ada kesepakatan perdamaian antar masyarakat yang bertikai dan polisi telah menyarankan warga dua kampung untuk memakamkan dua korban yang terdapat di dua pihak.

"Belum ada kesepakatan perdamaian karena situasi memanas, tetapi langkah kepolisian adalah penegakan hukum yaitu pemeriksaan terhadap saksi-saksi pembunuhan, kemudian kita juga mendapatkan hasil rekaman di dua tempat kejadian, sementara kami kembangkan," katanya.

Latar belakang aksi siap berperang ini terjadi setelah seorang warga Distrik Pelebaga ditemukan meninggal di Distrik Hubikosy pada 25 Juli 2020.

"Penemuan jenazah itu menyebabkan pihak lawan tersinggung dan tanpa tanya mereka turun menyerang Kampung Meagama pada Selasa,(18/8) pagi. Bertepatan dengan penyerangan itu, pas kepala desa ada, mereka habisi Kepala Desa Meagama," katanya.

Baca juga: Kapolda Papua: dua warga diperiksa terkait pertikaian Oksibil

Pada sore hari di hari yang sama, terjadi juga pembunuhan di Jalan Safri Darwin, Pusat Ibu Kota Kabupaten. Korban langsung meninggal dunia karena dipotong dengan benda tajam oleh sekelompok warga. Kedua kasus pembunuhan ini diduga berkaitan.

Berdasarkan pantauan pada Rabu(19/8), ratusan masyarakat dari salah satu kelompok bertikai sudah siap dengan peralatan perang tradisional yang biasa digunakan seperti parang, tombak, panah, Kampak dan busur.

Aksi siap siaga itu bukan saja melibatkan orang tua, terlihat anak-anak usia pelajar setingkat SMP dan SMA juga membekali diri dengan senjata tajam.

Baca juga: Personel Polrestabes Medan tewas ketika melerai pertikaian warga

Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020