Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan lima poin perbaikan yang perlu dilakukan oleh para ilmuwan dan peneliti Indonesia dalam upaya mengejar ketertinggalan inovasi dari negara-negara lain.
"Untuk mengejar ketertinggalan kita terkait inovasi, saya melihat ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Pertama, terus perbaiki dan tingkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air. Kita harus terus melakukan upaya link and match antara pendidikan dengan industri dan masyarakat," kata Ma'ruf Amin saat menyampaikan pidato kunci pada Forum Cendekia Kelas Dunia Tahun 2020 dari Jakarta, Rabu.
Pemerintah memberi perhatian besar terhadap penyesuaian antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri dan masyarakat, sehingga penelitian dan inovasi hasil ilmuwan Indonesia dapat tepat guna, kata Ma'ruf.
Baca juga: Wapres minta cendekiawan luruskan informasi salah tentang COVID-19
Kedua, Ma'ruf mengatakan perlu ada kerja sama untuk memperluas jejaring riset dan inovasi. Kerja sama tersebut bisa dilakukan antarlembaga riset maupun antarindividu, baik di tingkat nasional dan global.
Ketiga, pemanfaatan teknologi digital dan informasi harus terus ditingkatkan untuk kepentingan pengembangan riset dan inovasi, tambahnya.
"Pemerintah terus berupaya untuk memastikan tersedianya layanan dan infrastruktur teknologi informasi, agar masyarakat lebih mudah mendapatkan akses," tukasnya.
Keempat, kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pengembangan riset juga perlu dibangun sejak dini.
Baca juga: Kemristek dorong percepatan hilirisasi hasil riset dan inovasi
Menurut Ma'ruf, selama ini riset dianggap sebagai sesuatu yang rumit dan kompleks, sehingga tidak menarik bagi masyarakat pada umumnya.
"Riset sudah harus dikenalkan sejak dini dengan mendorong rasa ingin tahu anak-anak kita, agar kelak inovasi dapat menjadi bagian dari gaya hidup mereka," ujarnya.
Terakhir, Ma'ruf mengatakan edukasi dan pemahaman tentang sains dan ilmu pengetahuan penting untuk dikenalkan kepada masyarakat luas.
Dengan literasi riset yang cukup, maka akan semakin berkurang kelompok masyarakat dengan kecenderungan antisains, memercayai hal-hal berbau konspirasi serta tidak logis dan kritis dalam menganalisa suatu fenomena.
Baca juga: Menristek: PRN dorong penguatan ekonomi melalui substitusi impor
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020