Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir selaku Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pekan lalu melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UEA) dan China dalam upaya mengamankan pasokan vaksin.
"Dari kunjungan ke dua negara, untuk tahun 2020 yang telah kita amankan adalah komitmen sebesar 20-30 juta (dosis) vaksin, sedangkan hingga akhir 2021 antara 290-240 juta," kata Retno di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
"Untuk tahun 2021, pada kuartal I 2021 antara 80-130 juta (dosis) vaksin yang sudah kita secure (amankan), sedangkan kuartal II-IV jumlahnya 210 juta (dosis). Dengan demikian, angka untuk tahun 2021yang dapat kita dapat secure adalah 290 juta sampai 340 juta vaksin," tambah Retno.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah melakukan upaya jangka pendek dan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19.
Upaya jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan vaksin mencakup pengamanan pasokan vaksin dari UEA dan China. Upaya jangka panjangnya adalah mewujudkan kemandirian dalam memproduksi vaksin tersebut.
"Yaitu menuju kemandirian vaksin yang dikembangkan tim nasional kita dengan vaksin merah putih," katanya.
Perusahaan teknologi kesehatan UEA G-42 Health Care AI Holding Rsc Ltd sudah menyatakan komitmen untuk melakukan penyediaan awal 10 juta dosis vaksin COVID-19 bagi Indonesia tahun 2020 bekerja sama dengan BUMN Kimia Farma.
Selain itu, perusahaan farmasi Sinovac Biotech Ltd di China menyatakan memprioritaskan penyediaan vaksin COVID-19 untuk Indonesia sampai akhir 2021 lewat kerja sama dengan Bio Farma.
Menteri Luar Negeri dan Menteri Badan Usaha Milik Negara juga telah menemui perwakilan dari Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) dan perusahaan vaksin CanSino Biologics/CanSinoBIO.
Baca juga:
Perusahaan UAE sediakan 10 juta dosis vaksin untuk Indonesia
Mulai November 2020, Bio Farma terima 50 juta dosis vaksin COVID-19
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020