PT Gudang Garam Tbk menyebutkan kenaikan tarif cukai dan pandemi COVID-19 menjadi penyebab turunnya penjualan rokok di semester I 2020.Fokus kami adalah memastikan kualitas dan ketersediaan produk di pasar tetap terjaga serta mempertahankan posisi keuangan yang konservatif dan sehat
"Di penghujung tahun 2019, Gudang Garam telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan volume penjualan akibat kenaikan tarif cukai atau Harga Jual Eceran (HJE) di tahun 2020. Pandemi COVID-19 membuat tantangan semakin berat karena daya beli masyarakat semakin tertekan, terutama dl kalangan bawah," kata Direktur dan Corporate Secretary PT Gudang Garam Tbk Heru Budiman saat paparan publik secara virtual di Jakarta, Senin.
Berdasarkan data riset pasar Nielsen, melemahnya permintaan rokok terus berlangsung dengan adanya penurunan volume penjualan industri secara keseluruhan sebesar 12,8 persen menjadi 110,4 miliar batang.
Volume penjualan SKM FF (sigaret kretek mesin full flavor) yang turun 7,2 persen menjadi 54,6 miliar batang, masih tetap merupakan segmen terbesar yang mencakup 49,5 persen pangsa pasar.
Volume penjualan SKM LTN (sigaret kretek mesin rendah tar nikotin) mengalami penurunan sebesar 23,1 persen menjadi 30,4 miliar batang, sedangkan volume SKT (sigaret kretek tangan) turun 51 persen menjadi 20,3 persen miliar batang.
Untuk kategori terkecil yakni rokok non kretek atau rokok putih (SPM), volume penjualan turun sebesar 25,9 persen menjadI 5 miliar batang
Total volume penjualan Gudang Garam paruh pertama 2020 juga turun sebesar 8,8 persen menjadi 42,5 miliar batang. Kategori SKM FF maupun LTN mengalami penurunan dimana SKM FF turun 6,6 persen menjadi 35,8 miliar batang, sementara SKM LTN turun 45,6 persen menjadi 2,3 miliar batang. SKT merupakan satu-satunya segmen yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,5 persen menjadi 4,5 miliar batang
Pertumbuhan pendapatan penjualan perseroan sebesar 1,7 persen menjadi Rp53,7 triliun dicapai karena adanya kenaikan harga dan penurunan volume marjin laba bruto turun dari 18,9 persen menjadi 16,1 persen akibat kenaikan beban cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) sebesar 6,7 persen menjadi Rp35,8 triliun.
Beban cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) mencapai 79,5 persen dari total biaya pokok penjualan pada paruh pertama 2020 dibandingkan dengan 78,4 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sekalipun beban usaha mengalami penurunan sebesar 12,2 persen menjadi Rp3,6 triliun, namun laba usaha tetap turun dari 11,3 persen menjadi 9,7 persen pada 2020. Beban bunga mengalami peningkatan disebabkan oleh adanya kenaikan saldo rata-rata pinjaman dan penurunan suku bunga pinjaman dibandingkan tahun sebelumnya.
"Faktor-faktor di atas menyebabkan marjin laba bersih turun menjadi 7,1 persen dibandingkan dengan 8,1 persen pada bulan Juni 2019," ujar Heru.
Total aset perseroan sendiri naik 18,7 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 menjadi Rp79,2 triliun terutama disebabkan oleh naiknya kas persediaan, dan aset tetap
Sedangkan total liabilitas mengalami peningkatan 95 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya menjadi Rp24,4 triliun, terutama disebabkan oleh kenaikan jumlah pinjaman jangka pendek dan utang cukai, PPN dan pajak rokok. Rasio total liabilitas terhadap ekuitas mengalami perbalkan dari level 50 persen menjadi 45 persen.
Heru menambahkan, Gudang Garam terus bersiaga dan memantau perkembangan situasi saat ini dengan seksama.
"Fokus kami adalah memastikan kualitas dan ketersediaan produk di pasar tetap terjaga serta mempertahankan posisi keuangan yang konservatif dan sehat," kata Heru.
Perseroan juga tetap patuh terhadap protokol-protokoI kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan World Health Organization (WHO) untuk melindungi karyawannya.
Baca juga: AP I dan Gudang Garam tandatangani MoU pengelolaan Bandara Kediri
Baca juga: Cukai naik, saham perusahaan rokok fluktuatif sampai Oktober
Baca juga: GG belum berminat garap pasar rokok elektrik
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020