Selain letaknya strategis yakni di pintu gerbang Selat Malaka yang merupakan lalu lintas pelayaran kapal-kapal internasional, bumi "Teuku Umar" itu juga memiliki kekayaan alam yang melimpah.
Namun kekayaan alam yang melimpah tersebut belum tergarap maksimal karena infrastrukturnya kurang mendukung, seperti jalan raya, pelabuhan laut, dan bandara serta sarana pendukung lainnya untuk kemajuan investasi di Aceh.
Kendati demikian, ketertinggalan Aceh ke depan diharapkan mulai teratasi dengan dibangunnya jalan tol yang menghubungi Sigli (kabupaten Pidie) dengan Kota Banda Aceh atau yang lebih dikenal tol "Sibanceh".
Tol Sibanceh sepanjang 74 kilometer itu merupakan tol pertama kali dibangun di provinsi ujung paling barat Indonesia, akan memiliki dua tempat istirahat dan pelayanan (TIP) atau rest area tipe A yang terletak di seksi tiga (Jantho – Indrapuri) KM 37 dan seksi empat (Indrapuri – Blang Bintang) KM 54.
"Alhamdulillah, dengan tersambungnya jalan tol ini, harga kebutuhan masyarakat Aceh yang dipasok dari Medan akan bisa dijual lebih murah karena waktu tempuhnya sudah berkurang," ujar Mahdar, salah seorang pedagang di Banda Aceh.
Sebaliknya, komoditas perikanan, pertanian dan perkebunan dari Aceh harganya bisa lebih pantas karena arus lalu lintas jalan darat lancar disebabkan adanya jalan tol yang nantinya juga akan menghubungi Aceh dengan Medan.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Haryadin Mahardika menilai kehadiran tol Sigli-Banda Aceh di Tanah Rencong itu merupakan peluang besar bagi pemerintah pusat untuk menggenjot investasi di Aceh dan meraih keuntungan dari lalu lintas pelayaran global di Selat Malaka.
"Aceh sebagai gerbang bagi Indonesia bagian barat sudah waktunya lebih diprioritaskan pembangunannya. Pemerintah pusat harus berani mengalokasikan investasi di Bumi Rencong lebih besar lagi," kata Haryadin.
Kalau pemerintah pusat mau mengoptimalkan dan meraup keuntungan dari lalu lintas perdagangan kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka, maka posisi Aceh secara ekonomi lebih strategis karena kapal-kapal yang akan memasuki Selat Malaka harus melewati Aceh lebih dahulu.
"Dengan adanya tol pertama di Provinsi Aceh ini merupakan momentum bagi pemerintah pusat untuk menggenjot investasi di Aceh," katanya.
Haryadin mengatakan bahwa saat ini perlu pemikiran untuk merestorasi kembali Aceh sebagai gerbang masuk menuju Selatan Malaka, mengingat Bumi Rencong tersebut memiliki keunggulan dari sisi jarak yang lebih bagus dan strategis di kawasan Asia Tenggara.
Aceh dinilai sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki posisi strategis dan berperan dalam mencegat potensi keuntungan dari lalu lintas pelayaran kapal-kapal internasional dari arah Eropa, Afrika, Timur Tengah dan India.
Ruas Tol Sibanceh adalah bagian dari proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera koridor Banda Aceh-Medan sepanjang 471 kilometer.
Proyek pembangunan Tol Sibanceh dibagi dalam 6 seksi, yaitu seksi 1 Padang Tiji-Seulimuem (25 km) seksi 2 Seulimuem-Jantho (6 km) seksi 3 Jantho-Indrapuri (16 km) seksi 4 Indrapuri-Blang Bintang (14 km) seksi 5 Blang Bintang-Kuta Baro (8 km) seksi 6 Kuta Baro-Baitussalam (5,2 km).
Pertumbuhan ekonomi
Bupati Aceh Besar Mawardi Ali menyatakan kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Sigli-Banda Aceh akan memberikan manfaat besar untuk sektor ekonomi bagi Aceh khususnya Aceh Besar.
“Kita sangat bangga dan bersyukur atas kehadiran jalan Tol Sibanceh yang pertama di Aceh dan khususnya di Aceh Besar, karena bisa mempercepat arus transportasi barang dan menghemat jarak tempuh,” katanya.
Dengan adanya tol tersebut akan memberikan dampak besar untuk mendukung pertumbuham ekonomi di Aceh Besar dan sekitarnya karena akses transportasi barang khususnya ke pasar induk untuk distribusikan akan berjalan lebih cepat.
“Insya Allah untuk distribusi barang ke pasar induk akan lebih cepat seiring dengan adanya jalan tol Sibanceh ini,” katanya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) berharap kehadiran jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) dapat meningkatkan investasi pembangunan daerah di Bumi Rencong tersebut.
"Jalan tol Sigli-Banda Aceh diharapkan bisa meningkatkan investasi pembangunan daerah sehingga masyarakat dan jasa logistik barang bisa mendapat manfaat baik ekonomi maupun sosial," ujar Kepala BPJT Danang Parikesit.
Selain itu Danang juga menambahkan bahwa kehadiran tol tersebut bisa menghubungkan bandara Blang Bintang ke pusat-pusat pertumbuhan baru di Aceh.
"Kami sangat terkesan dengan progres pengadaan lahan di mana pemerintah daerah sangat aktif mendorong, sehingga pekerjaan fisik bisa lebih cepat. Seksi 4 yang telah memperoleh SK Pengoperasian bisa segera digunakan dan peresmian menunggu perintah presiden," kata Danang.
Setelah dilakukan Uji Laik Fungsi (ULF) selama sepekan pada 11 – 18 Juni 2020, jalan tol Sibanceh seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang) telah memperoleh Surat Keputusan (SK) Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tentang Penetapan dan Pengoperasian Jalan Tol Sigli Banda Aceh Seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang).
Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri PUPR Nomor 1127/KPTS/M/2020, maka Jalan Tol Sibanceh seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang) sepanjang 13,5 km secara umum telah memenuhi persyaratan laik operasi sebagai jalan tol
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Aceh, Aliamin menyatakan kehadiran jalan tol Sigli - Banda Aceh atau Sibanceh akan menjadi daya genjot terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayah provinsi paling barat Indonesia tersebut.
"Jalan tol itu memberi manfaat kepada infrastruktur ekonomi, sehingga dampaknya cost akan lebih murah, waktu akan lebih cepat, dan tentu akan bermanfaat bagi sektor ekonomi," katanya.
Aliamin menilai setiap pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan lainnya, akan sangat berkaitan dengan aktivitas ekonomi, yang hasilnya akan mendukung kinerja ekonomi tersebut menjadi lebih baik.
Ketika pembangunan jalan terealisasi dengan baik maka akan tercipta hasil atau outcome, tentunya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Katanya, timbul peningkatan ekonomi seiring terjadinya efisiensi waktu dalam lalu lintas barang dan jasa, serta manusia.
"Ini hubungannya dengan efisien waktu. Jarak tempuh ke Sigli selama ini paling cepat 1,5 jam, kalau ada jalan tol lebih efisien," katanya, menanggapi tol Sibanceh seksi empat akan segera beroperasi.
Selama ini, masyarakat daerah Tanah Rencong yang melintasi jalan Banda Aceh - Sigli pasti akan berhenti di kawasan Saree, Aceh Besar, sebagai tempat peristirahatan perjalanan dengan sajian berbagai jajanan dari usaha ekonomi kerakyatan.
Apabila pusat ekonomi rakyat di wilayah Saree tersebut ditinggalkan akibat hadirnya jalan tol Sibanceh, maka, kata Aliamin, hal itu merupakan sebuah konsekuensi dari adanya efisiensi dalam transportasi.
"Maka tidak ada pilihan lain, tentu harus menyesuaikan. Iya harus pindah. Makanya kalau pemerintah sudah menetapkan jalan tol itu, maka harus tersedia rest area sebagai kompensasi apa yang ada di Saree, dan ini tentu akan bermanfaat bagi ekonomi kecil," katanya.
Diresmikan presiden
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dijadwalkan pada Selasa (25/8) akan meresmikan ruas jalan Tol Trans Sumatera (JTSS) Sigli-Banda Aceh seksi empat Idrapuri-Blang Bintang yang pembangunannya telah selesai .
“Tol Sigli-Banda Aceh seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang) telah selesai pembangunan konstruksinya. Konstruksi telah rampung dan sudah terbit Surat Keputusan Menteri PUPR tentang Penetapan dan Pengoperasian tol ini,” kata Direktur Utama Hutama Karya, Budi Harto.
Dengan keluarnya surat keputusan tersebut maka ruas tol Indrapuri-Blang Bintang sudah melalui tahapan-tahapan untuk pengoperasian dan akan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo
Ia menyebutkan PT Hutama Karya (Persero) telah menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Sigli – Banda Aceh seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang) sepanjang 13,5 km.
Tol Sigli-Banda Aceh merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di mana melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan layanan infrastruktur jalan dan jembatan, baik jalan tol maupun jalan nasional untuk mendukung jalur logistik dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.
“Hutama Karya selaku BUMN di bidang Pembangunan Infrastruktur yang kini merambah sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) juga terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam membangun infrastruktur, sehingga perusahaan terus dapat mendukung rencana pemerintah,” katanya.
Dalam pembangunan tersebut, Hutama Karya selaku owner JTTS ruas Sigli-Banda Aceh berkolaborasi dengan PT Adhi Karya (Persero), Tbk. (Adhi Karya), selaku kontraktor.
Tol Sigli-Banda Aceh seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang) merupakan jalan bebas hambatan pertama yang hadir bagi masyarakat Aceh. Tol tersebut memiliki 2 (dua) interchange atau Simpang Susun (SS) yakni Simpang Susun Indrapuri dan Simpang Susun Blang Bintang.
Selain itu, tol tersebut dilengkapi oleh 1 (satu) Gerbang Tol (GT) yakni GT Indrapuri, 1 (satu) pasang Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) Tipe A yang berada di KM 54, yang saat ini masih dalam tahap penyelesaian pembangunan.
“Jika terhubung, Tol Sigli-Banda Aceh mulai dari seksi 1 (Padang – Tiji) hingga seksi 6 (Kuto Baro – Baitussalam) dapat menampung volume kendaraan sebanyak kurang lebih 3.000 kendaraan setiap harinya,” katanya.
Selain itu, total akses penghubung tol ini terdiri dari 6 (enam) Simpang Susun (SS), 7 (tujuh) Gerbang Tol (GT) serta 2 (dua) pasang TIP.
Beroperasinya seksi 4 tersebut mampu meningkatkan konektivitas dari Banda Aceh ke Sigli dan sebaliknya dari Sigli-Indrapuri ke Bandara Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang berada di Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.
Pewarta: Azhari
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020