"Saya bersyukur bisa lulus doktor," ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Selasa.
Sebelum meraih gelar doktor dari IPDN, Gus Jazil ternyata telah meraih gelar doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
Menurut dia, ilmu pemerintahan sebenarnya berbeda jauh dari ilmu-ilmu yang sebelumnya telah ditekuni, mengingat dirinya lebih dulu menempuh program S2 di Institut Ilmu Al Quran, Jakarta dan program S1 di Fakultas Syariah PTIQ, Jakarta.
Baca juga: Wakil Ketua MPR puji peran Keraton Sumenep sebarkan Islam di Madura
Pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu berharap ilmu-ilmu yang telah ditekuni dapat bermanfaat, baik bagi pribadi, keluarga, dan yang lebih utama bermanfaat bagi orang banyak.
"Dalam tradisi pesantren ada ungkapan, ya Allah hindarkanlah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat," tambahnya.
Untuk menyelesaikan program S3 di IPDN, Gus Jazil membutuhkan waktu empat tahun dan harus belajar teori-teori ilmu pemerintahan dan masalah-masalah organisasi.
"Saya harus bekerja keras untuk menyelesasikan disertasi ini," ujar Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu.
Baca juga: Syukur kemerdekaan, Gus Jazil: gelar khatam Al-Qur'an dan doa selamat
Judul disertasi yang dipilih oleh Jazilul adalah "Pengaruh Iklim Organisasi, Koordinasi, dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepemimpinan Kolektif Kolegial di Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia".
Judul disertasi tersebut diambil sebelum dirinya menjadi Wakil Ketua MPR, namun Gus Jazil bersyukur karena bisa menjadi bekal untuk bisa lebih berkhidmat dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai pimpinan MPR maupun tugas-tugas kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan lainnya.
Dalam disertasinya, Gus Jazil menyebutkan 10 pimpinan yang ada di MPR, terdiri atas sembilan fraksi, dan satu kelompok DPD, membuat semua aspirasi terwakili dan membuat situasi menjadi kondusif.
Kesepuluh pimpinan disebut menunjukkan MPR mampu beradaptasi dengan sangat cepat terhadap kompleksitas, dinamika, dan tantangan yang dihadapi.
Dengan menganut kepemimpinan kolektif kolegial di MPR, dirinya yakin akan efektifitas dan efisiensi yang ditimbulkan, termasuk merespons perubahan dengan cermat dan bijak sehingga keputusan kelembagaan MPR merefleksikan kesamaan pemikiran dan mufakat dari segenap pimpinan dan anggota.
Baca juga: Pimpinan MPR desak Polri ungkap tuntas kasus pemalsuan label SNI
Gus Jazil mengungkapkan harapan masyarakat kepada MPR sangat besar. Sebagai lembaga, MPR menjadi garda terdepan dalam melindungi dan menegakkan konstitusi.
"MPR diharapkan dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga yang konsisten dan persisten dalam menyosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
Atas disertasinya, tim penguji yang terdiri dari Rektor IPDN Dr Hadi Prabowo, Prof Dr Ermaya Suradinata, Prof Ngadisah MA, Prof Dr HM Aries Djaenuri, Dr Deti Mulyati, Dr Kusworo, dan Dr Layla Kurniawati mengganjar promovendus dengan predikat "cum laude".
Hadir dalam sidang terbuka itu, Wakil Ketua MPR Syarief Hasan dan Fadel Muhammad, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah, Sekjen MPR Ma’ruf Cahyono, Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah, pihak keluarga Jazilul Fawaid, undangan lain, serta puluhan wartawan.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020