Direktur Utama Perum PFN Judith Dipodiputro, mengatakan persepsi gender dalam dunia bisnis dan profesional diperlukan agar perusahaan lebih kompetitif karena melihat dari banyak sudut pandang yang berbeda.
"Analisa-analisa lebih tajam sehingga menghasilkan solusi yang membuat perusahaan lebih fleksibel dan adaptif," kata Dirut PFN Judith Dipodiputro dalam keterangan resminya, Rabu.
Baca juga: Perum PFN dan Komisi Informasi berencana buat film sejarah
Baca juga: PFN bakal gandeng sineas milenial untuk produksi 21 film sampai 2023
Content Every Think merupakan diskusi online kolaborasi antara Perum PFN, Kepolisian Republik Indonesia, KORPS Polwan RI, dan Bank BRI.
Untuk pertama kali, CET juga menghadirkan Direktur Utama Perum Damri Setia N. Milatia Moemin, doktor bidang psikologi pertama di Kepolisian Republik Indonesia yaitu Komisaris Besar Polisi DR Rinny S.T. Wowor, dan produser film Lola Amaria.
Dalam diskusi tersebut, Kombes Rinny mengatakan perempuan sebaiknya tidak menggunakan keistimewaannya sebagai perempuan dalam dunia kerja dan profesional.
Menurut dia, perempuan tetap harus mengandalkan kompetensi dan profesional dalam menjalankan tugasnya. Tujuannya agar bisa membagi peran antara ranah domestik dan publik.
"Kita harus selektif dan membuat prioritas. Kalau bisa didelegasikan ke pihak lain, kita delegasikan," kata Kombes Rinny.
Sementara itu, Dirut Damri Milatia memberi trik agar sukses menjadi pemimpin. Pucuk pimpinan perusahaan plat merah ini mengatakan terpenting bukanlah gender pemimpin laki-laki atau perempuan tetapi cara mengelola kognitif sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tepat dan rasional.
"Ada beberapa kelebihan yang sering dimiliki perempuan, kita sebagai ibu bisa melihat pernak-pernik kecil di anak-anak kita yang terlewat dan bisa diperbaiki," ujar wanita yang pernah meraih penghargaan Special Award for The Best CEO On Leading Change Kementerian BUMN ini.
Sedangkan di industri kreatif, produser yang juga Sutradara Lola Amaria mengatakan bahwa ia tak pernah mengalami perlakuan diskriminatif sebagai perempuan di dunia perfilman.
Dia mengatakan pembuatan sebuah film lebih fokus pada kerja tim yang mengandalkan keahlian dan jam terbang pelaku industri kreatif bukan gender.
"Karena memposisikan diri sebagai manusia, saya mempunyai bargaining dan hak yang sama di industri film," kata sutradara film "Minggu Pagi di Victoria Park" ini.
CET tanggal 26 Agustus bukanlah diskusi terakhir yang dibuat oleh Perum PFN. PFN bersama mitra akan berkolaborasi di CET selanjutnya dengan topik yang menarik yaitu "SDM Perempuan Unggul dan Kompeten di Era Industri 4.0" pada 2 September 2020.
Lalu ada juga diskusi yang mengangkat topik "KDRT adalah Kejahatan Pidana" pada September 2020", "Kepemimpinan Inovasi" pada 16 September 2020", dan "Transformasi Kepemimpinan Perempuan" pada22 September 2020 mendatang.
Baca juga: LKBN Antara-PFN-BP teken MoU integrasi klaster media BUMN
Baca juga: PFN dan KJRI LA bahas peluang kemitraan sineas lokal dengan Hollywood
Baca juga: PFN bakal bangun pusat kreatif inkubator start up bidang film
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020