Media negara dan para pejabat menggambarkan Profesor Massoud Ali-Mohammadi sebagai seorang ilmuwan nuklir, dan kabinet Iran menyatakan agen AS berada di belakang pembunuhannya.
"Setiap pendapat bahwa CIA memainkan peran di sini adalah kekeliruan nyata," kata pejabat intelijen AS, yang tak ingin disebutkan jati dirinya.
Sebelumnya seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS membantah sebagai "tak masuk akal" tuduhan Teheran mengenai keterlibatan AS.
Satu bom dengan pengendali jarak jauh meledak di Teheran, Selasa.
Beberapa sumber kontra-penyebaran nuklir Barat mengatakan Ali-Mohammadi, dosen fisika netron, diketahui telah bekerja sama secara erat dengan Mohsen Fakhirzadeh-Mahabadi dan Fereydoun Abbassi-Davani -- keduanya menjadi sasaran sanksi PBB karena pekerjaan mereka yang dicurigai berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir.
Menurut laporan intelijen, rancangan penelitian bom atom Iran sedang diselidiki oleh pengawas nuklir PBB.
Iran menyatakan program pengayaan uraniumnya bertujuan untuk menghasilkan energi listrik, bukan untuk membuat bom nuklir.
Juru bicara bagi Organisasi Energi Arom Iran, Ali Shirzadian, mengatakan Ali-Mohammadi tak memainkan peran dalam kegiatan organisasi itu, yang menjadi pusat program nuklir Iran -- yang menjadi pertikaian.
Pada Juni lalu, Shahram Amiri, seorang peneliti di universitas yang bekerja untuk badan atom tersebut, hilang selama perjalanan ibadah ke Makkah, tiga bulan sebelum Iran membeberkan keberadaan lokasi pengayaan uranium keduanya di dekat kota suci Qom.
Pada Desember, Teheran menuduh Arab Saudi menyerahkan Amiri kepada AS.
Daftar penerbitan karya Ali-Mohammadi di jejaring Universitas Teheran menunjukkan keahliannya ialah teori fisika partikel, bukan energi nuklir, kata seorang profesor fisika Barat.(*)
Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010