"Di balai kota ada aktivitas hari ini, saya dari situ tadi. Cuma orang yang dites usap (swab) saja yang enggak masuk dulu," kata Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh Lukman, di Banda Aceh, Sabtu.
Dia menyebutkan, setelah Zainal Arifin dinyatakan positif terinfeksi, aktivitas di Balai Kota Banda Aceh tetap melayani masyarakat, tidak ditutup atau lockdown.
Menurut dia, secara peraturan ketika suatu tempat terdapat seseorang yang positif COVID-19, maka perlu dilakukan pelacakan (tracing) kontak erat, untuk menjalani tes usap dengan metode PCR.
Baca juga: IDI Aceh catat 200 tenaga medis terinfeksi COVID-19
Baca juga: Sekda Aceh Besar positif COVID-19 saat meninggal dunia
Kemudian, sambil menunggu hasil uji usap dari Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, maka pegawai tersebut harus isolasi mandiri, dan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
"Sambil menunggu hasil usapan, yang bersangkutan, ya, lockdown, bukan lockdown itu (Balai Kota, red), tapi orang-orang yang kontak erat saja," katanya.
Lukman tidak mengetahui jumlah aparatur sipil negara (ASN) atau pegawai lainnya di Balai Kota yang telah uji usap. Namun, pihaknya memberi surat pengantar kepada setiap pegawai yang kontak erat untuk segera dites usap.
"Saya enggak hafal berapa orang dites usap, karena kita buat pengantar, mereka langsung (uji swab, red), menyusul dua orang, tiga orang, jadi bukan secara kolektif," katanya.
Disamping, kata Lukman, penambahan kasus COVID-19 di Kota Banda Aceh hingga pukul 12.00 WIB per hari ini sebanyak 16 orang. Termasuk di antaranya pegawai yang bekerja di Balai Kota tersebut yang dinyatakan positif terinfeksi.
"Penambahan kasus hari ini Banda Aceh 16 orang. Ada (yang bekerja di Balai Kota, red), tapi saya tidak hafal," ujarnya.*
Baca juga: Disnaker Banda Aceh: COVID-19 timbulkan 60 kasus hubungan industrial
Baca juga: Bertambah delapan, positif COVID-19 meninggal di Aceh naik 49 orang
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020