"Perlu sinergi tripusat pendidikan, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat, agar PJJ selama pandemi COVID-19 ini dapat berhasil," ujar Jumeri dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Dia menambahkan jika PJJ gagal maka akan berdampak pada kehilangan hasil belajar atau loss of learning, dan bisa juga berdampak pada kemiskinan hasil belajar dan pada akhirnya mengakibatkan kekerdilan dalam pemahamannya.
Jumeri menambahkan bahwa hal itu merupakan tantangan bersama. Untuk itu, tripusat pendidikan harus bersinergi, terutama pada masa krisis seperti saat ini.
Selama ini, lanjut dia, orang tua hanya mengantar anaknya ke sekolah, kemudian mengambil rapor pada akhir semester. Orang tua jarang berkomunikasi dengan pihak sekolah tentang hal yang penting bagi putra-putrinya.
"Sekolah juga tidak bisa mengatur masyarakat, karena memang komunitas yang berbeda dengan sekolah," kata dia.
Selama pelaksanaan PJJ, sebagian besar guru hanya fokus pada penuntasan kurikulum karena kekurangan waktu dan keterbatasan berkomunikasi dengan orang tua. Selain itu, banyak orang tua kesulitan dalam pembelajaran dan sulit memotivasi anaknya.
"Dari sisi siswa, PJJ bisa juga memiliki dampak negatif pada siswa karena stres dan terisolasi dalam jangka waktu lama. Kemudian ada peluang untuk putus sekolah dikarenakan anak terpaksa bekerja membantu keuangan keluarga," ujar dia.
Oleh karenanya, para guru perlu mengukur kemampuan siswanya dan bisa mengetahui apa yang hilang selama PJJ. Hasil studi menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan saat PJJ.
"Ini yang perlu dikalkulasikan dan harus 'dibayar' saat kembali ke sekolah," kata Jumeri.
Dia menambahkan dalam kondisi khusus seperti pandemi COVID-19, perlu sinergi antara guru, orang tua dan masyarakat. Kemendikbud telah meluncurkan modul pembelajaran untuk jenjang PAUD dan SD, karena siswa PAUD dan SD masih kesulitan dalam mengakses pembelajaran dengan baik.
"Modul-modul ini akan membantu guru dan orang tua dalam mendampingi anaknya belajar di rumah," katanya.
Baca juga: Pendidikan masa pandemi, pendidikan kehidupan
Kemendikbud menerbitkan 12 modul yang dapat digunakan oleh guru sebagai panduan dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sederhana, menyusun kegiatan pembelajaran berbasis bermain yang kontekstual sesuai dengan minat anak dan kondisi rumah, melaksanakan penilaian pembelajaran dan perkembangan anak, serta informasi lain yang mendukung tugas guru.
Baca juga: KPAI dorong pemetaan masalah terkait PJJ di masa pandemi
Bagi orang tua, buku saku tersebut dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dalam mendampingi anak belajar dari rumah dan mengasuh anak secara positif.
Sementara, untuk jenjang SD, modul belajar dikembangkan untuk siswa kelas satu hingga enam, dengan fokus utama pada kompetensi literasi, numerasi, pendidikan karakter, dan kecakapan hidup.
Baca juga: Dirjen : Murid PAUD dan SD paling terdampak belajar dari rumah
Kompetisi dasar di dalam modul tersebut, diidentifikasi dari kompetensi dasar berbagai mata pelajaran di jenjang sekolah dasar.
Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020