Setidaknya untuk bertahan hidup bisa, kalau normal belum. Pemerintah sudah on the track
Dibukanya kawasan wisata Gunung Bromo, di Jawa Timur, dinilai mampu memutar kembali roda perekonomian sektor informal, yang sempat terhenti akibat dampak pandemi COVID-19.
Ekonom Universitas Brawijaya Malang Nugroho Suryo Bintoro mengatakan langkah membuka kawasan wisata Gunung Bromo telah melalui banyak pertimbangan, termasuk para pelaku usaha sektor informal yang mencari penghidupan dari wisata unggulan Jawa Timur itu.
"Pembukaan wisata Gunung Bromo akan memutar roda ekonomi, termasuk di dalamnya sektor informal," kata Nugroho kepada ANTARA, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.
Baca juga: Luhut prediksi Banyuwangi-Bromo banyak dikunjungi saat normal baru
Nugroho menjelaskan beberapa sektor yang kembali menggeliat setelah wisata Gunung Bromo dibuka pada 28 Agustus 2020 tersebut di antaranya biro jasa perjalanan, pemandu wisata, termasuk sektor perhotelan yang ada di kawasan Bromo.
Namun, lanjut Nugroho, sektor-sektor informal lain seperti pedagang kaki lima, rumah makan, dan lainnya, juga dinilai bisa mendapatkan dampak positif dari dibukanya wisata Gunung Bromo tersebut.
"Ketika Bromo dibuka, wisatawan domestik akan datang. Jalur-jalur yang dilewati oleh wisatawan itu juga akan terdampak secara ekonomi," ujar Nugroho.
Baca juga: Wisatawan tanpa masker dan sakit dilarang masuk Gunung Bromo
Menurut Nugroho, meskipun belum memasuki kondisi normal namun dibukanya kembali wisata Gunung Bromo tersebut setidaknya bisa memberikan harapan kepada sektor informal untuk mendapatkan pemasukan.
"Setidaknya untuk bertahan hidup bisa, kalau normal belum. Pemerintah sudah on the track," ujar Nugroho.
Pada 28 Agustus 2020 kawasan wisata Gunung Bromo yang berada di empat wilayah yakni Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang, telah dibuka untuk wisatawan usai ditutup akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: Bromo dibuka untuk wisatawan mulai 28 Agustus 2020
Pembukaan wisata Gunung Bromo tersebut dilakukan secara bertahap usai mendapatkan persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk tahap awal wisatawan dibatasi dengan jumlah maksimal sebanyak 20 persen dari total kapasitas daya tampung.
Kuota per hari ditetapkan sebanyak 739 orang. Dari total tersebut terbagi untuk Penanjakan sebanyak 178 orang per hari dari total kapasitas 892 orang. Kemudian wilayah Bukit Cinta 28 orang per hari dari total kapasitas 141 orang.
Bukit Kedaluh, jumlah wisatawan yang diperbolehkan sebanyak 86 orang per hari dari total kapasitas 434 orang, kawasan Savana Teletubbies maksimal 347 orang per hari dari total kapasitas 1.735 orang, dan kawasan Mentigen sebanyak 100 orang per hari dari total kapasitas 500 orang.
Baca juga: Gubernur ingatkan wisatawan tak abaikan protokol kesehatan di Bromo
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020