• Beranda
  • Berita
  • Guru mewaspadai risiko COVID-19 saat siswa Wuhan kembali ke sekolah

Guru mewaspadai risiko COVID-19 saat siswa Wuhan kembali ke sekolah

3 September 2020 14:36 WIB
Guru mewaspadai risiko COVID-19 saat siswa Wuhan kembali ke sekolah
Para siswa mengikuti upacara pembukaan semester baru di Sekolah Menengah Atas Wuhan di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China tengah, Selasa (1/9/2020). Total 2.842 taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah di Wuhan telah dibuka kembali pada Selasa (1/9) untuk menyambut sekitar 1,4 juta siswa. ANTARA FOTO/Xinhua/Xiao Yijiu/pras.

Meski epidemi ini sudah berakhir, kami tetap tidak bisa santai

Air mata dan kegembiraan dari para siswa menyapa para guru di Kota Wuhan, China, pada hari pertama sekolah tatap muka setelah pendidikan berlangsung tujuh bulan tanpa kelas tatap muka.

Namun orang tua dan guru tetap memperingatkan bahwa meskipun virus corona telah mereda, tidak ada yang bisa lengah.

Kota di China tengah itu - tempat pandemi virus corona global dimulai - telah mengizinkan lebih dari 2.800 lembaga pendidikan memulai semester baru mereka pada Selasa, membuka pintu bagi hampir 1,4 juta siswa untuk pertama kalinya sejak Januari.

Di luar sekolah dasar Wuluo Road, kehidupan telah kembali menyerupai normal, dengan seorang murid baru yang enggan berteriak pada ayahnya untuk membawanya pulang. Kendaraan memenuhi jalan, dan makroekonomi sekolah dari gerai penyedia sarapan dan toko serba ada kembali bermunculan.

Baca juga: Sekolah di Beijing mulai buka, pelajar Indonesia diminta bersabar
Baca juga: 40 persen pelajar China kembali bersekolah, lulusan dibantu cari kerja


"Selama epidemi, anak-anak berada di rumah selama lebih dari setengah tahun dan dalam semua aspek tidak dapat belajar sebaik seperti berada di sekolah," kata Wei Fanling, yang sedang sarapan dengan putranya yang berusia 12 tahun.

Dia berkata bahwa dia lega putranya sekarang dapat kembali ke kelas, menyamakannya dengan "monster yang dikeluarkan dari kandangnya", tetapi mereka akan tetap waspada.

"Meski epidemi ini sudah berakhir, kami tetap tidak bisa santai," katanya.

Kompleks perumahan terdekat melaporkan sekitar 40 kasus virus corona yang dikonfirmasi, kata orang tua. Jumlah korban tewas di Wuhan yang dilaporkan berjumlah 3.869 menyumbang lebih dari 80% dari total jumlah korban tewas di China, namun kota itu belum melaporkan satu pun transmisi lokal sejak pertengahan Mei.

Sementara lembaga pendidikan Wuhan mencoba untuk melupakan tahun yang penuh gejolak, mereka masih melakukan tindakan pencegahan khusus, dengan anak-anak harus menjalani tes suhu secara teratur.

Pemerintah telah menyarankan para orang tua untuk sebisa mungkin menghindari transportasi umum. Bus setengah kosong, dengan siswa diantar ke kelas dengan mobil pribadi atau dengan skuter listrik.

Universitas Wuhan, meskipun aktif dan beroperasi selama lebih dari seminggu dan bersiap untuk menerima kelompok siswa baru, telah menutup kampusnya untuk mencegah orang luar yang tidak berwenang masuk.

Semua mahasiswa akan diuji corona sebelum diizinkan kembali, dan mereka yang kembali dari luar negeri akan dikarantina di penginapan kampus selama 14 hari.

Qiao Qiong, seorang guru universitas berusia 40 tahun yang putranya belajar di sekolah Wuluo Road, mengatakan dia senang bahwa sekolah di rumah yang berlangsung berbulan-bulan sekarang telah berakhir, tetapi keadaan normal masih jauh.

“Virus itu bukan hal kecil, jadi saya yakin kita masih butuh waktu,” ujarnya.

"Mungkin akan ada beberapa situasi darurat tapi kami sangat siap untuk itu."

Sumber: Reuters

Baca juga: 1,4 juta pelajar Wuhan kembali sekolah, China bangun 150.000 pospam
Baca juga: Seluruh sekolah di Wuhan serentak dibuka Selasa

Pewarta: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020