Kami ingin masyarakat bukan sekadar membuka rekening atau memakai digital payment tapi bagaimana mereka mendapatkan akses pendanaan secara formal.
Bank Indonesia mendorong perbankan dan perusahaan teknologi finansial (Fintech) menggenjot kemitraan untuk mendukung ekonomi keuangan digital yang inklusif khususnya bagi pelaku UMKM.
“Kami ingin masyarakat bukan sekadar membuka rekening atau memakai digital payment tapi bagaimana mereka mendapatkan akses pendanaan secara formal,” kata Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: BI: Digitalisasi jadi motor penggerak ekonomi bangkit dari pandemi
Menurut dia, hal itu sesuai dengan visi cetak biru Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) tahun 2025 sehingga BI tidak hanya menjadi navigasi sistem pembayaran tapi juga mendorong ekonomi digital yang inklusif.
Alasannya, lanjut dia, di pasar keuangan perbankan mendominasi sekitar 85 persen sehingga menjadikan perbankan pemain besar sekaligus pemain utama dalam melakukan transformasi digital.
Baca juga: Teten sebut UMKM digital jadi kunci pemulihan ekonomi
Di sisi lain juga hadir fintech yang memiliki ekosistem digital cerdas sehingga antara perbankan dan fintech diharapkan saling berkolaborasi.
“Fintech punya ekosistem yang agile dan perbankan punya dana murah, punya risk management yang lebih prudent, ini bisa dimanfaatkan bagaimana mendorong interlink untuk kepentingan masyarakat," imbuhnya.
Apalagi, lanjut dia, BI menghadirkan standardisasi sistem pembayaran digital atau Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang kini digunakan 4,5 juta pedagang UMKM.
Baca juga: AFPI: Fintech pendanaan berperan bantu UMKM mengakses keuangan
Dengan QRIS maka kegiatan ekonomi pelaku UMKM akan tercatat sehingga data tersebut bisa menjadi masukan bagi perbankan dan fintech untuk memberikan akses pendanaan.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bank BUMN ini sudah menjalin kolaborasi dengan fintech khususnya dalam penyaluran kredit.
“Penyaluran kredit produktif untuk seller e-commerce melalui kerja sama kami dengan mitra e-commerce sebanyak Rp113 miliar. Ini tahap awal kami masih belajar untuk melihat perkembangannya dan apa yang perlu di perbaiki ke depan,” katanya.
Senada dengan Hery, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmaja mengatakan pihaknya menjalin kolaborasi dengan fintech karena memberikan keuntungan ketika nasabah melakukan isi ulang dalam dompet digital sehingga menjadi terobosan baru yang tidak dibayangkan lima tahun lalu.
“Bagi bank, fintech adalah sahabat saling mengisi bukan saling bersaing meski ada beberapa sisi overlap, bahwa nanti open banking kami dibantu fintech namun fintech juga bisa mempunyai keinginan untuk buka rekening sendiri misalnya,” katanya.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020