Ini guna menjaga perdagangan terbuka dan konektivitas rantai pasokan, seperti memiliki koridor-koridor perdagangan di negara-negara, seperti yang telah mulai kita lihat sekarang
Ahli ketahanan pangan dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Dr Paul Teng, memberikan empat rekomendasi kebijakan bagi negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), terkait kesiapan atas disrupsi yang dapat berpengaruh terhadap ketahanan pangan dalam skala nasional maupun di tingkat kawasan.
Dalam diskusi virtual bertajuk Memastikan Ketahanan dan Keberlanjutan Sektor Pangan dan Pertanian di ASEAN dalam konteks COVID-19 yang diselenggarakan oleh Sekretariat ASEAN bersama Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) pada Kamis, Paul mengatakan saat ini rantai pasok makanan tengah terdisrupsi akibat pandemi global virus corona. Gangguan tak hanya dirasakan di sisi pasokan, namun juga di sisi permintaan.
“Dari sisi permintaan, COVID-19 berdampak pada berkurangnya permintaan atas produk pertanian, terlihat pula adanya kelaparan dan kurangnya nutrisi terutama pada masyarakat miskin,” kata Paul Teng.
Baca juga: Indonesia-Thailand sepakat kontribusi cadangan pangan ASEAN
Baca juga: Indonesia Dapat Menjadi Lumbung Pangan ASEAN
Mengambil contoh dari negara asalnya yakni Singapura, Paul juga mengatakan merosotnya permintaan untuk produk makanan terlihat dari sejumlah kedai makanan dan minuman yang tutup.
Sementara itu, rantai pasokan telah terganggu dan terdapat penurunan dalam pergerakan kargo.
“Ini adalah beberapa contoh yang telah terlihat di kawasan ASEAN dan permasalahan ini perlu dihadapi ke depannya, guna memastikan ketahanan dan keberlanjutan dalam sistem pangan,” katanya.
Menurut dia, ketahanan dalam sektor pangan di kawasan ASEAN dibutuhkan guna memastikan ketersediaan pangan atau food security, yang merupakan isu eksistensial bagi seluruh warga negara-negara anggota ASEAN.
Adapun keempat rekomendasi yang telah disusun oleh Paul bersama timnya, salah satunya adalah memastikan perdagangan pangan antara dan di dalam kawasan dilakukan dengan beragam rantai pasokan yang didistribusikan berdasarkan letak geografis.
“Ini guna menjaga perdagangan terbuka dan konektivitas rantai pasokan, seperti memiliki koridor-koridor perdagangan di negara-negara, seperti yang telah mulai kita lihat sekarang,” katanya.
Rekomendasi kedua yakni memperbaiki sistem ketahanan pangan dan pasokan, dengan upaya untuk menyeimbangkan kemandirian dan kecukupan pangan.
“Ketiga adalah untuk memperluas produksi pangan antarkawasan. ASEAN berada di posisi 2-3 teratas sebagai produsen berbagai komoditas. Bagaimana kita dapat menggunakan posisi ini untuk memperpendek rantai pasokan pangan? Bagaimana kita dapat memastikan keuntungan dirasakan oleh petani?” kata dia.
Inisiatif seperti jalur hijau yang menembus berbagai negara di kawasan dan memberikan manajemen risiko yang lebih baik bagi para petani kecil dapat menjadi instrumen di bawah payung besar perluasan produksi makanan intra-regional.
Lalu yang terakhir adalah peningkatan investasi, “yang tentu sangat jelas namun kita tahu bahwa kebanyakan negara di kawasan ASEAN kurang berinvestasi di setiap sektor pangan,” kata Paul.
Investasi dapat dilakukan di sektor tersebut dalam bidang riset dan pengembangan, kewirausahaan, serta teknologi pangan.
Baca juga: Menggapai generasi sehat ASEAN melalui intervensi pangan dan gizi
Baca juga: Melody JKT48 jadi Duta Pertanian dan Pangan ASEAN - Jepang
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020