Kita harapkan semua menjadi lebih baik, jumlah penumpang lebih banyak, hal itu yang bisa menyelamatkan Garuda ke depan
Maskapai Garuda Indonesia mengakui pihaknya masih tertolong penerbangan domestik pada masa pandemi meskipun pendapatan sempat merosot hingga 90 persen.
"Masing untung, kita punya pasar domestik yang cukup kuat dan besar. Walaupun di internasional banyak kendala, di domestik kita sudah mulai bangkit kembali," kata Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Ade R Susardi dalam diskusi daring bertajuk "Panduan Protokol Baru untuk Operasi Bisnis Berkelanjutan: Industri Transportasi Publik" di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Pandemi, Garuda optimistis kembalikan pendapatan 40 persen akhir 2020
Sementara itu, Ade mengatakan, untuk penerbangan internasional terdapat sejumlah pembatasan perjalanan (travel restrictions) di beberapa negara yang menyebabkan penghentian sementara operasional.
Meskipun, saat ini Garuda masih terbang ke sejumlah rute internasional, seperti Belanda, Korea Selaran, Jepang, Singapura, dan Australia, frekuensi penerbangan dipangkas yang semula Jakarta-Amsterdam enam kali seminggu, saat ini satu kali seminggu.
Kemudian, untuk penerbangan ke Sidney, Australia penumpang dibatasi hanya 50 orang yang boleh masuk ke negara tersebut karena aturan setempat.
Berdasarakan survei yang dilakukan Garuda, sebanyak 73 persen masyarakat menyatakan minatnya untuk kembali terbang saat ini hingga enam bulan ke depan, 65 persen menyatakan perlu terbang sampai Desember 2020.
"Tapi yang benar-benar beli tiket hanya 12 persen. Hal ini juga yang kita lihat sebagai satu kendala, ingin, tapi enggak yakin karena situasinya ragu, takut dokumen kurang atau perlu persiapan PCR, rapid test, di mana tempat melakukannya tes cepat, PCR, apakah di tempat tujuan harus dilakukan juga, ini complicated," katanya.
Ini pun, lanjutnya, ditambah dengan masih banyaknya masyarakat yang memilih jalur darat untuk bepergian di Pulau Jawa karena didukung infrastruktur jalan tol yang memadai.
"Untuk traveling di Pulau Jawa atau bisa dilakukan darat, masih ada yang lebih memilih ke Jateng atau Jatim dengan darat karena jalan tol bagus dan enggak susah dengan dokumen perjalanan. Ini yang perlu edukasi, travel di udara sebenarnya aman, tapi harus sesuai dengan protokol kesehatan," katanya.
Garuda mencatat pada Mei lalu sempat terjatuh ke jurang terdalam, yakni hanya mengoperasikan 30 penerbangan dalam sehari yang separuhnya adalah penerbangan kargo.
Namun, kondisi berangsur membaik di mana pada pekan lalu saat libur panjang sempat mengoperasikan 170 penerbangan dengan jumlah 9.000 penumpang per hari.
"Sekarang rata-rata 7.000 sampai 8.000 per hari. Kita harapkan semua menjadi lebih baik, jumlah penumpang lebih banyak, hal itu yang bisa menyelamatkan Garuda ke depan,” ujar Ade.
Baca juga: Garuda Indonesia tambah frekuensi penerbangan pagi di Aceh
Baca juga: Soal Raffi Ahmad, Dirut Garuda: di kondisi susah kita harus kreatif
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020