• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Happy hypoxia COVID-19 hanya terjadi pada orang dengan gejala

Dokter: Happy hypoxia COVID-19 hanya terjadi pada orang dengan gejala

4 September 2020 14:48 WIB
Dokter: Happy hypoxia COVID-19 hanya terjadi pada orang dengan gejala
Spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Erlina Burhan pada konferensi pers bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (30/3/2020) (ANTARA/HO-BNPB)
Dokter menyebutkan bahwa gejala happy hipoxia pada COVID-19 hanya terjadi pada orang dengan gejala dan tidak terjadi pada orang yang tidak memiliki gejala sama sekali.

Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr Erlina Burhan Sp.P dalam webinar tentang kampanye pakai masker di Jakarta, Jumat, menjelaskan bahwa gejala happy hypoxia harus segera mendapat pertolongan agar pasien bisa diselamatkan.

Happy hypoxia merupakan keadaan di mana pasien COVID-19 mengalami kekurangan oksigen di dalam darahnya, namun sang pasien tidak merasakan sesak. Hal tersebut berbahaya bagi tubuh karena seseorang merasa baik-baik saja padahal sejatinya sedang kekurangan oksigen.

Namun, Erlina menegaskan bahwa happy hypoxia hanya terjadi pada orang yang terinfeksi COVID-19 dan memiliki gejala lain.

Baca juga: Dokter paru: Sumbatan pada proses respirasi sebabkan "happy hypoxia"

Baca juga: Menilik dokter Moniq tangani "Happy Hypoxia" pada pasien COVID-19


"Happy hypoxia tidak bisa terjadi pada orang yang tanpa gejala. Gejala lainnya ada, seperti demam, flu, yang tidak ada gejalanya cuma sesak," kata Erlina.

Oleh karena itu orang yang terinfeksi COVID-19 dan memiliki gejala lain seperti demam atau flu sebaiknya segera hubungan layanan kesehatan terdekat. Terlebih lagi apabila gejala yang dialami semakin berat sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan.

Happy hypoxia yang menyebabkan pasien yang terinfeksi COVID-19 tidak merasakan sesak dikarenakan banyaknya infeksi yang terjadi pada tubuh akibat virus SARS CoV 2. Infeksi yang terjadi pada tubuh menghambat sinyal yang dikirimkan ke otak akibat terjadinya inflamasi.

Pada kondisi normal seseorang biasanya memiliki saturasi oksigen antara 95 sampai 100 persen. Dalam keadaan saturasi oksigen normal maka sel darah merah atau hemoglobin dapat mengikat oksigen dengan baik lalu akan menyampaikannya ke seluruh sel pada jaringan tubuh. Namun, saat mengalami hypoxia maka saturasi oksigen mengalami penurunan di bawah level normal.

Penyakit yang terjadi akibat infeksi COVID-19 ini belakangan terjadi di RSUD Margono Soekarjo Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.*

Baca juga: Erlina Burhan: Perempuan harus bisa berperan dalam pandemi COVID-19

Baca juga: Dokter jelaskan cara pasien sembuh dari COVID-19 walau belum ada obat

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020