"Masyarakat di lapangan akan meniru apa yang disampaikan oleh orang yang menyosialisasikan. Namun, bila orang yang memberikan info atau anjuran tadi tidak konsisten, maka masyarakat tidak akan patuh juga," kata dia dalam diskusi daring dengan tema suka duka dokter dan relawan dalam menyosialisasikan gerakan pakai masker yang dipantau di Jakarta, Sabtu.
Secara pribadi, dr Tirta mengaku pernah mengalami tekanan tersendiri saat foto dirinya viral di sebuah rumah makan tanpa menggunakan masker. Padahal, sebelumnya ia cukup gencar menyosialisasikan gerakan pakai masker.
Baca juga: dr Tirta: Terapkan kearifan lokal untuk kampanye COVID-19
Akibatnya, hal tersebut menjadi preseden buruk bagi dr Tirta yang selama ini cukup banyak mengkampanyekan pencegahan COVID-19 di Tanah Air.
"Di sinilah saya tahu dan akhirnya menjaga konsistensi," ujar dia.
Sebenarnya, ujar dia, orang-orang yang mengimbau untuk pakai masker, jaga jarak, mencuci tangan dan protokol kesehatan lainnya secara tidak langsung adalah guru bagi orang lain.
Pada saat ia telah memberikan edukasi tersebut, maka konsistensinya juga harus dilaksanakan agar kepercayaan masyarakat tidak pudar.
Baca juga: Kiat cegah dan tangani mata kering karena pakai masker
"Jadi, yang menjadi masalah adalah konsistensi dari yang memberikan edukasi," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, konsistensi penggunaan masker tidak bisa hanya dibebankan kepada masyarakat tetapi juga bagi tokoh publik atau orang yang memberikan edukasi.
Di samping itu, ia juga mengajak masyarakat agar selalu mendukung tenaga kesehatan yang terus berjuang melawan COVID-19. Sebab, hingga kini masih banyak dijumpai hujatan mengarah pada tenaga medis, relawan dan sebagainya dalam penanganan pandemi.
Baca juga: Jangan lepas masker walau sudah pakai "face shield"
Baca juga: Satpol PP Depok dan DKI Jakarta gelar operasi gabungan tertib masker
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020