"Harga belum sepenuhnya ditetapkan, kami menilai biaya produksi untuk beberapa bulan mendatang diperkirakan akan di bawah 10 euro," kata Olivier Bogillot kepada radio France Inter.
Perusahaan-perusahaan pembuat obat dan lembaga-lembaga pemerintah berlomba untuk menghasilkan vaksin virus Corona baru dan pengobatan untuk COVID-19, penyakit pernapasan yang telah menewaskan lebih dari 879.000 di seluruh dunia dan menghancurkan ekonomi.
Baca juga: Iklan vaksin corona Rp1 juta per dosis marak di China
Ditanya tentang saingannya AstraZeneca, yang diperkirakan memberi harga sekitar 2,50 euro atau sekitar Rp43.700 di Eropa, Bogillot berkata: perbedaan harga bagi kami adalah karena kami menggunakan semua sumber daya internal kami, para peneliti kami sendiri, pusat-pusat penelitian kami sendiri. AstraZeneca melakukan alih daya sebagian dari produksinya.
Seorang juru bicara Sanofi mengatakan dalam pernyataan melalui surel pada Minggu (6/9/2020) bahwa harga akhir hanya akan diputuskan ketika vaksin mencapai tahap pengujian terakhirnya.
“Kami mengantisipasi untuk dapat menentukan harga akhir pada saat uji coba Tahap III kami, ketika kami mengetahui lebih banyak tentang dosis. Pada tahap ini, angka apa pun tidak tepat. Kurang dari 10 euro hanyalah salah satu hipotesis yang sedang kami kerjakan."
Baca juga: Sinopharm akan jual vaksin COVID-19 kurang dari Rp2,1 juta per paket
Awal pekan ini, Sanofi dan GSK mengatakan mereka telah memulai uji klinis kandidat vaksin virus corona berbasis protein mereka, dengan ambisi mencapai tahap pengujian akhir, yang juga dikenal sebagai Fase III, pada Desember.
Jika hasilnya positif, Sanofi dan GSK berharap vaksin itu bisa disetujui pada paruh pertama tahun depan.
Sanofi juga sedang mengerjakan kandidat vaksin virus corona lain dengan grup AS Translate Bio yang akan menggunakan teknologi lain yang dikenal sebagai messenger RNA.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020