Di awal pandemi, model pembelajaran jarak jauh ini sepertinya mudah dilakukan. Tetapi, kemudian ada berbagai kendala dan rupanya juga ada kerinduan untuk kembali ke sekolah karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diperoleh ketika belajar dari rum
Sebanyak 26 Kepala SMP negeri dan swasta di Kota Yogyakarta membukukan berbagai pengalaman yang mereka alami selama menjalankan program pembelajaran jarak jauh di masa pandemi COVID-19, dan berharap buku tersebut dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran daring.
“Buku ini bermula dari diskusi para kepala sekolah terkait banyak hal tentang pembelajaran jarak jauh yang baru pertama kali ini dilakukan. Dari banyak cerita tersebut kemudian dibukukan dalam sebuah buku,” kata Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota Yogyakarta Widayat Umar di sela peluncuran buku tersebut di Yogyakarta, Selasa.
Pada awalnya, lanjut dia, baru ada 10 kepala sekolah yang menuliskan berbagai pengalaman selama melaksanakan program pembelajaran jarak jauh, namun kemudian disusul banyak tulisan dari belasan kepala sekolah lain sehingga totalnya ada 26 kepala sekolah yang berpartisipasi dalam pembuatan buku tersebut.
Di dalam buku dengan tebal sekitar 400 halaman tersebut, setiap kepala sekolah menceritakan kendala yang dihadapi serta upaya untuk mengatasinya hingga program dan mekanisme pembelajaran yang dilakukan.
Widayat yang juga menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 2 Yogyakarta menceritakan pada awalnya guru-guru di sekolah yang dipimpinnya kesulitan menemukan formula yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran secara daring karena sebelumnya sama sekali tidak memiliki bekal atau pengalaman apapun terkait pembelajaran jarak jauh.
“Pada awalnya, guru hanya menggunakan 'Google Classroom' untuk menyampaikan materi. Namun kemudian guru semakin kreatif dengan membuat video pembelajaran yang dibagikan melalui YouTube. Di sekolah kami, juga dibentuk kelompok-kelompok siswa agar pembelajaran lebih interaktif,” katanya.
Ia berharap berbagai pengalaman tersebut dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain yang saat ini masih mengalami kesulitan atau kendala dalam pembelajaran jarak jauh.
“Buku ini kami kerjakan sekitar satu bulan untuk pengumpulan materi tulisannya,” katanya.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang secara resmi meluncurkan buku tersebut mengatakan pada awalnya pembelajaran secara daring terlihat menyenangkan dan mudah karena siswa cukup belajar dari rumah.
“Di awal pandemi, model pembelajaran jarak jauh ini sepertinya mudah dilakukan. Tetapi, kemudian ada berbagai kendala dan rupanya juga ada kerinduan untuk kembali ke sekolah karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diperoleh ketika belajar dari rumah,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Haryadi, berbagai pengalaman dari puluhan kepala SMP di Kota Yogyakarta ini bisa menjadi sumber inspirasi untuk menerapkan metode pembelajaran dari rumah yang lebih baik.
“Apalagi, hingga saat ini sama sekali tidak ada panduan mengenai pembelajaran dari rumah. Kita pun tidak tahu sampai kapan kondisi pandemi ini akan berlangsung. Makanya, buku berisi pengalaman ini sangat penting dibaca,” katanya.
Ia berharap buku tersebut tersedia dalam jumlah cukup di Perpustakaan Kota Yogyakarta serta Perpustakaan Alternatif Kota Yogyakarta.
“Saya pun akan memberikan buku ini sebagai suvenir ketika ada kunjungan kerja dan kegiatan lainnya. Akan saya bawa juga ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” demikian Haryadi Suyuti.
Baca juga: Sultan HB X: Pembukaan sekolah harus berdasarkan pertimbangan matang
Baca juga: Yogyakarta usulkan perpanjangan masa belajar dari rumah
Baca juga: Sekolah di Yogyakarta lakukan pembatasan kegiatan luar ruang
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020