Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr.Imbang Dwi Rahayu,M.Kes menemukan formula mujarab untuk perbaikan performa ayam broiler lewat ekstrak lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L. Smith).... pencegahan Salmonelosis dengan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP) sebagai feed additive justru menimbulkan masalah yang lebih besar, yaitu peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Imbang Dwi Rahayu di Malang, Rabu mengemukakan peningkatan kasus Salmonelosis yang disebabkan bakteri patogen Salmonella. Enteritidis (S. enteridis) pada ayam broiler merugikan secara ekonomis bagi industri perunggasan.
"Akibat yang ditimbulkan berupa gangguan pertumbuhan, penurunan produktivitas, peningkatan jumlah ayam afkir dan peningkatan kepekaan ayam terhadap penyakit lain," tuturnya.
Penyakit Salmonelosis, lanjut Imbang, juga memiliki arti penting bagi kesehatan masyarakat, karena produk ternak yang terkontaminasi Salmonella sp dapat menyebabkan foodborne disease pada manusia, sehingga produk akan dimusnahkan, yang berakibat peternakan kehilangan peluang bisnis.
Menurut Imbang, pencegahan Salmonelosis dengan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP) sebagai feed additive justru menimbulkan masalah yang lebih besar, yaitu peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Selain itu, katanya, peningkatan wabah Salmonelosis, kontaminasi bakteri pada produk-produk unggas maupun lingkungan kandang dan sekitarnya, foodborne disease dan residu antibiotik pada produk juga mengancam kesehatan masyarakat sebagai konsumen.
Baca juga: Prof UMM atasi pakan ternak dengan inovasi bioteknologi "5 in1"
"Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14 / PERMENTAN / PK.350 / 5 / 2017 secara resmi telah melarang penggunaan AGP untuk imbuhan pakan ternak, dimana produknya dikonsumsi manusia,” kata Imbang.
Para ahli, sambung Imbang, membuktikan juga adanya dampak negatif penggunaan AGP berupa hambatan pertumbuhan dan kolonisasi bakteri usus yang menguntungkan, termasuk Lactobacillus, Bifidobacteria, Boeteroides, dan Enterococci serta peningkatan resistensi Salmonella spp, termasuk S. enteritidis dan S. typhimurium.
Kedua jenis Salmonella spp tersebut berhasil diisolasi dari daging ayam broiler dan terbukti telah resisten terhadap beberapa antibiotik, antara lain eritromisin, penisilin dan vancomycin, dengan tingkat resistensi 100 persen.
Kasus resistensi Salmonella spp berdampak pada semakin sulitnya pengendalian penyakit Salmonelosis pada unggas, sehingga bakteri sering mencemari kandang, air minum dan pakan.
"Potensi kekayaan tanaman herbal Indonesia bisa menjadi alternatif substituen AGP alami dan bisa dijadikan produk hijau untuk pengendalian Salmonelosis pada ayam broiler. Fitobiotik dalam herbal memiliki berbagai aktivitas, selain sebagai antibakteri, juga sebagai antiinflamasi, antihistamin, antioksidan, immunomodulator dan hepatoprotektor, yang bisa diekstrak dan digunakan sebagai feed additive," paparnya.
Salah satu alternatif herbal pilihan adalah Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L. Smith), bagian rhizome bisa diekstraksi dengan pelarut etanol, sehingga fitobiotik hasil ekstraksi bisa digunakan sebagai feed additive bentuk serbuk dan dicampur dalam pakan ayam broiler.
Baca juga: Dosen UMM ciptakan tiga drone untuk pertanian modern
Penggunaan etanol sebagai pelarut merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, bahwa etanol merupakan pelarut yang cocok untuk mengekstraksi zat-zat aktif dalam Z. zerumbet yang berupa alkaloid, flavonoid, tannin dan terpenoid.
Hasil penelitian Imbang menunjukkan ekstrak Z. zerumbet yang terbaik mampu menghambat Salmonella spp adalah ekstraksi dengan pelarut etanol 95 persen dan konsentrasi ekstrak sebesar 10 persen, sehingga ekstrak ini digunakan sebagai feed additive pada pakan ayam broiler percobaan.
Berdasarkan uji penapisan fitokimia, fitobiotik yang terkandung dalam ekstrak tersebut, antara lain alkaloid, flavonoid, tannin, dan terpenoid, sedangkan berdasarkan pengujian dengan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS), ekstrak mengandung Essential Oils (EOs) yang dominan kelimpahannya, yaitu zerumbon, senyawa ini termasuk golongan seskuiterpenoid.
Hasil penelitian Imbang menunjukkan bahwa penambahan ekstrak Z. zerumbet pada level 0,67-1 persen sebagai feed additive memberikan efikasi tertinggi pada broiler penderita Salmonelosis.
Pada level tersebut, ekstrak mampu menghambat S.enteritidis yang sengaja diinfesikan pada broiler umur 10 hari, artinya aktivitas ekstrak Z. zerumbet sebagai antibakteri tetap stabil sampai saluran pencernaan bagian belakang, yaitu sekum, yang merupakan tempat kolonisasi S. enteritidis.
Baca juga: Dosen UMM buat permen khusus untuk tingkatkan kualitas susu sapi perah
Baca juga: Dosen UMM temukan krim anti-mastitis untuk sapi perah
"Efikasi yang tinggi akan mengurangi kontaminasi S. enteritidis dalam feses ke lingkungan, termasuk kandang, pakan, air dan karkas, yang pada gilirannya menekan kasus foodborne disease yang akan menjamin keamanan pangan produk unggas bagi konsumen," pungkas Imbang.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020