Sudah seharusnya intelijen Indonesia berdiri sejajar dengan intelijen negara-negara maju lainnya
Ketua DPR RI Puan Maharani mendukung dan mengapresiasi perjalanan Badan Intelijen Negara (BIN) menjadi "world class intelligence", sehingga sudah seharusnya insitusi tersebut melalui Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) melahirkan sumber daya manusia di bidang intelijen yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya.
"Saya mengapresiasi berbagai pengembangan, pembaruan, dan inovasi di berbagai bidang yang dilakukan BIN melalui STIN,” kata Puan dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu.
Puan menyampaikan hal itu, saat sambutannya dalam Inaugurasi Peningkatan Statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dan Peresmian Patung Bung Karno, di STIN, Bogor, Rabu.
Puan memuji langkah BIN yang meningkatkan studi keilmuan intelijen di STIN melalui pembukaan program magister dan doktor, pengembangan kurikulum pendidikan, peningkatan kompetensi atau skill, dan pembaruan berbagai fasilitas pendidikannya.
Dia menilai BIN perlu memperkuat deteksi dan peringatan dini dalam spektrum yang sangat luas, apalagi di era sekarang, ketika informasi atau data adalah sesuatu yang dianggap sangat berharga di mata banyak pihak.
"Sudah seharusnya intelijen Indonesia berdiri sejajar dengan intelijen negara-negara maju lainnya, karena kita adalah bangsa dan negara yang besar," ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu menekankan bahwa di era siber seperti sekarang, BIN harus tahu dan bisa mengantisipasi tentang "dark net" atau "dark web", tempat banyak informasi rahasia ditukarkan atau diperdagangkan secara ilegal.
Baca juga: BIN rangkul eks napi terorisme kembali ke NKRI
Karena itu, menurut dia, negara meletakkan harapan besar pada pundak BIN kepada STIN, untuk melahirkan SDM intelijen Indonesia yang memiliki pengetahuan, kecerdasan, dan memiliki rasa pengabdian tinggi kepada bangsa dan negara dalam menjalankan tugas-tugasnya.
"Saat ini, kita berada dalam era kemajuan teknologi dan industri yang semakin cepat dan dinamis yang membawa masyarakat kita terbuka dan terhubung secara sosial, budaya, ekonomi, maupun politik," katanya.
Sejalan dengan itu, menurut dia, tantangan juga semakin lebar, mulai dari tantangan globalisasi budaya, informasi tidak terkendali/hoaks, tergerusnya nilai-nilai luhur agama dan budaya, bahkan mulai semakin dirasakan adanya ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Selain itu, Puan menilai, persaingan perekonomian global juga semakin menuntut kesiapan daya saing perekonomian nasional dan SDM yang berkualitas.
"Karena itu, intelijen negara berperan dalam melakukan deteksi dini, sehingga dapat menangkal segala ancaman terhadap keamanan nasional. Ancaman sosial, ekonomi, budaya, politik, dan militer, dari dalam maupun dari luar," ujarnya.
Dia menilai dalam melaksanakan tugas intelijen diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus dengan karakteristik khusus dalam mengamankan kepentingan nasional.
"Intelijen negara juga dituntut memiliki rasa cinta pada Tanah Air yang tinggi, cinta Indonesia sebagai negara yang berlandaskan pada Pancasila," katanya lagi.
Hadir dalam acara tersebut, Kepala BIN Jenderal Pol Budi Gunawan, mantan Kepala BIN Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menpan RB Tjahjo Kumolo, Ketua Komisi I DPR RI Meutia Hafidz, dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Utut Adianto.
Baca juga: DPR dukung BIN dan TNI tindak lanjuti uji klinis obat COVID-19
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020