"Kepergian Jakob Oetama bukan hanya duka bagi dunia jurnalisme nasional. Tetapi, kita semua kehilangan salah satu tokoh bangsa yang menjadi teladan berkat komitmennya pada kemanusiaan dan ke-Indonesia-an," ujar Laoly, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Jakob Oetama: Media Cetak Punya Masa Depan
Ia menyebut kepergian Jakob Oetama bukan hanya kehilangan besar bagi dunia pers nasional, tetapi duka bagi seluruh bangsa secara keseluruhan.
Menurut dia, karya dan peninggalan Jakob Oetama sudah lebih dari cukup untuk menilai kualitas tokoh pers nasional itu.
"Saya mengenal Jakob Oetama lewat karya-karyanya yang begitu kental dengan nilai-nilai kemanusiaan. Energinya seperti tak pernah habis dalam menyuarakan suara yang berdiam di hati rakyat kecil," ucap menteri berlatar politisi dari PDI Perjuangan itu.
Baca juga: Jakob Oetama, maestro jurnalistik Indonesia itu pergi
"Yang mengagumkan adalah bagimana suara-suara itu bisa disampaikan dengan caranya sendiri sehingga menjadi kritik yang santun untuk membuka mata pemerintah atas keadaan yang dialami rakyat kecil," kata dia.
Jakob Oetama tutup usia pada Rabu, 9 September 2020 pukul 13.05 WIB di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta dalam usia 88 tahun. Bersama teman karibnya, PK Ojong, mereka berdua terlebih dahulu mendirikan majalah Intisari pada 1963, baru kemudian mendirikan Kompas dan lalu Gramedia berdiri.
Baca juga: Asro Kamal: Jacob Oetama tak bedakan wartawan senior-junior
Tokoh nasional pers itu wafat pada hari ulang tahun ke-9 Kompas TV yang merupakan bagian dari Grup Kompas Gramedia yang dia dirikan.
Almarhum disemayamkan di Kantor Kompas Gramedia Palmerah Selatan dan akan dihantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis, 10 September 2020, setelah misa requiem.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020